Kegagalan Pepsi Berinovasi di Bisnis Ponsel Pintar

123RF.com/TEA
Mesin dispenser Pepsi di sebuah restoran makanan cepat saji di Saint Petersburg, Rusia. Pepsi pernah berinovasid engan meluncurkan produk telepon seluler.
Penulis: Ekarina
8/1/2021, 20.00 WIB

Ponsel P1, diproduksi dengan cara tak biasa. Pepsi melakukan urun dana (crowdfunding) untuk memproduksi smartphone dengan e-commerce Tiongkok, JD.com. Hingga saat ini, setelah lima tahun penawarannya, targetnya pun belum tercapai. 

Selain itu, harga produk dinilai tidak cukup menarik untuk menggaet konsumen, yakni US$ 100. "Strategi Pepsi tidak berhasil dan dikenang sebagai kegagalan. Hanya seribu model P1 yang dijual," tulis Enterpreneur dikutip Jumat (7/1).

Pelajaran Bisnis

Ketika sebuah merek ingin berinovasi, brand  harus menyadari bagaimana mereka dipersepsikan oleh pengguna. Bagaimana pengalaman yang dimiliki agar dapat menjelajahi sektor baru yang sebelumnya tak terlalu dikuasai.

Jika tidak memungkinkan menguasai semua hal di atas, pemilik merek harus memikirkan kembali rencananya. Ketika berpikir tentang inovasi, pemiliki merek harus berpikir di luar kekuatan brandnya.

Karena, meskipun ia mendominasi di sektor tertentu, itu tidak berarti bahwa ia dapat sukses di sektor lain, karena konsumennya melihatnya dengan cara yang berbeda.

"Ini karena jika ditandatangani dengan merek 'x', inovasi di pasar tidak akan menjamin," tulis Enterpreneur. 

Hal lain yang perlu diperhatikan bagaimana membangkitkan kebutuhan ini di tengah segmen pasar, sehingga dapat dipenuhi dengan cara yang berbeda. 

Hal ini bukan tantangan mudah, tetapi ada banyak kisah sukses besar yang menginspirasi untuk bertaruh pada strategi pemasaran asimetris sebagai poin kunci untuk dapat berinovasi di pasar saat ini. 

Halaman: