Perkembangan bisnis digital menjadi salah satu sektor yang akan mendominasi perkantoran di Jakarta. Tingginya minat investor asing untuk memberikan suntikan dana terhadap perusahaan digital lokal mengerek okupansi properti.
Head of Research and Consultancy Savills Indonesia Anton Sitorus menyatakan e-commerce jadi penolong untuk pemilik properti. “Developer berlomba-lomba meyakinkan perusahaan e-commerce untuk menghuni properti mereka,” kata Anton di Jakarta, Rabu (20/12).
Contohnya Tokopedia, Traveloka, dan Shopee yang mendapatkan suntikan dana besar dari investor kini menjadi penyewa utama gedung perkantoran di kawasan niaga Jakarta. Anton menjelaskan, perusahaan rintisan cenderung menggunakan investasinya untuk menyewa gedung, selain untuk iklan.
(Baca juga: Survei: Milenial Pilih Pelesir, Beli Gawai & Mobil Ketimbang Properti)
Situasinya berbeda dengan sektor penyewa terbesar beberapa tahun lalu. “Dulu, penyewa utama hanya terbatas di sektor perbankan, minyak dan gas, perdagangan, dan tambang,” tutur Anton.
Data Savills, permintaan sewa perkantoran di Jakarta tahun ini hanya 85.500 meter persegi dengan luas pasokan baru sebesar 515.000 meter persegi. Penurunan harga sebesar 6,4% tidak bisa mendongkrak keterisian perkantoran, yang kekosongannya meningkat jadi 21,5% dibandingkan 2016.
Meski tidak membeberkan prosentase perusahaan e-commerce yang menyewa gedung baru, Anton menyebut tren bakal terus berlangsung. Sehingga, okupansi gedung komersial akan tumbuh di atas 5% hingga 2019.
Alasan utama rendahnya tingkat sewa dan naiknya peran perusahaan digital adalah kaum millenial yang mengedepankan teknologi dan dinamisme pekerjaan. “Penting untuk mengakodomasi generasi z atau para millenial,” tutur Anton.
(Baca: Masyarakat Kelas Menengah Berhemat, Penjualan Rumah Melambat)
Pasalnya, menurut Pew Research Study, generasi z sudah mencapai 34% dari keseluruhan karyawan dalam perusahaan. Jumlahnya sama dengan generasi di atasnya, yaitu generasi x. Sehingga, cepat atau lambat, millenial akan menjadi pemimpin di masa depan.
Sementara, kaum millenial juga memiliki pola kerja yang sesuai dengan perusahaan teknologi digital yang menyediakan konsep fleksibel. Menurut Anton, kantor masa depan harus mendorong kedekatan antarpekerja untuk memudahkan penyatuan ide dan perspektif yang berbeda.
Anton juga menjelaskan, millenial memilih lokasi urban di kawasan komersial untuk opsi kemudahan transportasi. “Sejalan dengan program pemerintah yang membangun infrastruktur transportasi supaya meminimumkan ongkos,” katanya.