UMKM Digital Dinilai Lebih Untung dan Hemat Biaya Ekspor

ANTARA FOTO/Feny Selly/hp.
Ilustrasi, pelaku usaha menunjukkan katalog online produk sepatu berbahan tenun songket milik merk Nadina Salim mitra Binaan PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) dipajang di salah satu gerai UMKM di Palembang,Sumsel, Senin (20/7/2020).
Penulis: Desy Setyowati
19/10/2020, 15.13 WIB

Oleh karena itu, perlu ada pelatihan dan bimbingan. “Ini bertujuan mengembangkan kapasitas digital mereka," ujar Mulya dalam webinar bertajuk 'Digitalisasi UMKM: Tantangan dan Peluang', Agustus lalu (11/8).

Keempat, terbatasnya akses internet. Kelima, keterbatasan peralatan dalam menjalankan operasional bisnis secara online.

Berdasarkan survei KIC terhadap 206 responden, 15,5% UMKM di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) tidak memiliki ponsel pintar (smartphone).

Riset mencatat, 84% UMKM menggunakan ponsel dan 42,7% memakai laptop dengan koneksi internet untuk berjualan. Sedangkan 9,2% memakai laptop tanpa internet, dan 7,3% tidak mempunyai perangkat.

"Di Jakarta saja masih ada UMKM yang mempunyai smartphone, tetapi tidak memiliki pulsa. Tanpa pulsa, tentu mereka tidak bisa mengakses internet dan berjualan online," kata Mulya.

Padahal, pelaku usaha memanfaatkan gawai dan internet untuk berbagai kegiatan operasional, sebagaimana tecermin pada Databoks di bawah ini:

Keenam, kesiapan dari pelaku usahanya. Berdasarkan data KIC, indeks kesiapan digital Indonesia rerata 3,6 dari lima. Indikatornya yakni indeks optimisme menggunakan internet 4,06, kompetensi 3,8, keamanan 3,4, dan kenyamanan 3,06.

Selain itu, pelaku UMKM kesulitan memasarkan produk melalui internet karena tenaga kerja tidak siap, dana belum memadai, dan banyaknya pesaing.

Terakhir, mahalnya biaya logistik antarpulau di Indonesia, sehingga pelaku usaha di daerah kesulitan menjangkau pasar. Manager Kebijakan Publik dan Hubungan Pemerintah Asosiasi e-commerce Indonesia (iDEA) Rofi Uddarojat mengatakan, konsumen biasanya mempertimbangkan ongkos kirim.

Halaman: