Raksasa e-commerce global Amazon meminta perusahaan media sosial seperti Facebook dan Twitter membantu menangani ulasan palsu yang merugikan perusahaan. Sebab, kini banyak ditemukan ulasan palsu terkait produk yang dijual e-commerce di platform media sosial.
Dalam blog resminya, Amazon mengatakan bahwa perusahaan media sosial perlu berinvestasi lebih banyak menggunakan teknologi dan kebijakannya untuk untuk membasmi konten-konten ulasan palsu ini. "Sangat penting bagi perusahaan media sosial untuk berinvestasi secara memadai menangani ulasan palsu," kata Amazon dikutip dari Business Insider pada Kamis (17/6).
Menurut Amazon, upaya yang dilakukan oleh media sosial saat ini dirasa kurang. Facebook dan Twitter dianggap lamban dalam menangani ulasan palsu yang bertebaran di platformnya.
Dalam tiga bulan pertama tahun lalu, Amazon menandai bahwa ada lebih dari 300 grup di Facebook dan Twitter yang berisi konten ulasan palsu. Namun, perusahaan media sosial itu membutuhkan waktu rata-rata 45 hari untuk memblokirnya.
Amazon gencar memerangi ulasan palsu di media sosial, sebab saat ini pelaku penyebar ulasan palsu lebih banyak ditemukan di media sosial ketimbang di platform e-commerce langsung. Investigasi pada 2018 oleh pengawas konsumen di Inggris menemukan beberapa grup yang memuat konten ulasan palsu di Facebook.
Grup tersebut berisi sekitar puluhan ribu anggota dan mereka diminta untuk membeli produk dan meninggalkan ulasan palsu yang bagus untuk menerima pengembalian dana melalui PayPal. Amazon mengatakan bahwa ulasan palsu itu berpotensi merusak hubungan Amazon dengan konsumen yang berisiko membeli barang palsu.
Sedangkan konsumen yang belanja online membutuhkan ulasan sebelum membeli produk yang dianggap memuaskan. Menurut Bright Local, 85% konsumen mempercayai ulasan pembeli lain saat berbelanja online. Mereka bahkan menilai ulasan itu seperti rekomendasi personal dari orang-orang yang dikenalnya.
Namun, saat ulasannya dibuat-buat dan tidak sesuai dengan kondisi produk, maka konsumen bisa saja tertipu. Hasil dari investigasi tim peneliti Cornell University menemukan ada 10% ulasan produk yang dianggap palsu.
Sedangkan tren belanja online selama pandemi Covid-19 tren terus meningkat. Berdasarkan data dari Statista April lalu, pandemi mempercepat pertumbuhan penjualan di e-commerce, hingga nilai transaksinya diperkirakan mencapai US$ 6,5 triliun pada 2023 secara global.
Penjualan e-commerce di Amazon sendiri diproyeksikan mencapai US$ 468,78 miliar pada tahun ini. Sedangkan perusahaan yang dibentuk Jeff Bezos itu mempunyai pangsa pasar e-commerce ketiga terbesar secara global dengan 10% pangsa pasar. Di atas Amazon ada e-commerce dari Tiongkok mendominasi pangsa pasar e-commerce global yakni Taobao.com dan Tmall.
Tahun lalu, Amazon menghapus 20.000 ulasan palsu setelah investigasi Financial Times menemukan bahwa pengulas di Inggris mendapat untung dari hasil unggahan ulasan palsu. Perusahaan teknologi tersebut juga tahun lalu telah menghentikan lebih dari 200 juta ulasan palsu yang dicurigai sebelum dilihat oleh pembeli.
Selain meminta bantuan media sosial, Amazon juga telah berinvestasi besar-besaran dalam membuat alat pembelajaran mesin atau machine learning untuk membasmi ulasan palsu dan penipuan lainnya.
Sedangkan, perwakilan Facebook mengatakan bahwa aktivitas penipuan tidak diizinkan di platformnya, termasuk menawarkan atau memperdagangkan ulasan palsu. "Tim keselamatan dan keamanan kami terus bekerja untuk membantu mencegah praktik ini," katanya.