Era Baru E-Commerce Indonesia: Pesan hingga Kirim Barang Hitungan Jam

ANTARA FOTO/APRILLIO AKBAR
Warga memilih barang-barang belanjaan yang dijual secara daring di Jakarta, Kamis (18/7/2019).
18/11/2021, 18.58 WIB

Sebelum quick commerce, tren belanja online di Indonesia diwarnai oleh social commerce.

Co-Founder sekaligus Managing Partner East Ventures Willson Cuaca mengatakan, layanan perdagangan online akan terus berubah sesuai struktur demografi pengguna. "Sehingga yang bertahan hanyalah yang bisa beradaptasi dengan cepat,” kata Willson kepada Katadata.co.id, akhir tahun lalu (26/10/2020).

Berdasarkan laporan McKinsey, social commerce adalah platform yang memfasilitasi jual-beli produk melalui media sosial. Sedangkan e-commerce memfasilitasi transaksi, termasuk pembayaran dan pengiriman.

Social commerce berkembang seiring langkah raksasa teknologi seperti Instagram, WhatsApp, TikTok, dan YouTube Google yang menyediakan fitur belanja online.

Di Tanah Air, startup jumbo seperti Gojek pun merambah social commerce melalui GoStore. Selain itu, ada beberapa perusahaan rintisan yang bergerak di sektor ini seperti Super, KitaBeli, Segari, Evermos, dan Desty.

Riset Paxel bertajuk ‘Paxel Buy & Send Insights’ pada 2019 menunjukkan, mayoritas UMKM memilih berjualan di media sosial. Alasannya, karena penggunaannya lebih mudah.

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Nailul Huda pun memperkirakan, perkembangan belanja online mengarah kepada social commerce. Apalagi, beberapa platform seperti Facebook, Instagram, dan WhatsApp mengkaji penggunaan dompet digital.

Ditambah pemerintah belum mengatur social commerce. “Jadi lebih mudah untuk bertransaksi melalui media sosial. Apalagi tidak memungut biaya layanan seperti e-commerce,” kata Nailul kepada Katadata.co.id, akhir tahun lalu (13/10/2020).

Namun, kelemahan bertransaksi di media sosial yakni keamanannya tidak terjamin. Ini karena pembayarannya tidak ditampung dalam rekening bersama, seperti di e-commerce.

“Lebih banyak potensi fraud. Tetapi, ke depan saya yakin platform social commerce akan memperbaiki hal ini,” ujar dia.

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan