Fintech Lending Bisa Berbagi 26 Juta Data untuk Meredam Kredit Macet

Ajeng Dinar Ulfiana|KATADATA
(ki-ka) Sri Mulyani Menteri Keuangan Indonesia, Kepala Grup Inovasi Keuangan Digital Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Triyono Gani, Perry Warjiyo Gubernur Bank Indonesia dan moderator dalam acara Indonesia Fintech Summit & Expo 2019 di Jakarta Convention Center,  Jakarta (23/9).
7/9/2020, 12.54 WIB

"Pergerakan tingkat kredit macet tentunya dipengaruhi oleh cepatnya perputaran kredit. Selain itu, setiap sektor industri memiliki siklus usaha yang berbeda," kata Co-Founder sekaligus CEO Modalku Reynold Wijaya kepada Katadata.co.id.

KoinWorks juga berupaya menjaga rasio kredit bermasalah di kisaran 1%. "Kami mengeck secara berkala guna memastikan bisnis yang akan didanai layak untuk mendapatkan pinjaman. Maka, kemungkinan gagal bayar dari peminjam dapat dihindari," ujar Co-founder sekaligus CEO KoinWorks Benedicto Haryono kepada Katadata.co.id.

Hal serupa juga dilakukan oleh Akseleran. "Kami melakukan shifting portofolio ke pinjaman yang lebih kecil risikonya yaitu invoice financing," kata Co-Founder sekaligus CEO Akseleran Ivan Tambunan kepada Katadata.co.id.

Perusahaan juga memperketat asesmen pinjaman usaha kepada peminjam termasuk rasio keuangan. Kemudian, perusahaan mengawasi dan mendorong efisiensi penagihan.

Pemanfaatan Pusdafil untuk Mendukung UMKM

Selain memitigasi risiko kredit macet, pusdafil dinilai dapat membantu pemerintah mendorong bisnis Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Menteri Keuangan periode 2013-2014, Chatib Basri menilai, karena keunggulan data tersebut, fintech lending bisa terlibat dalam program pemulihan ekonomi.

Fintech lending bisa berkolaborasi dengan pemerintah atau perbankan dengan cara memanfaatkan data di Pusdafil. Apalagi, ketidakcocokan data menjadi permasalahan pemerintah dalam menyalurkan bantuan selama ini.

"Keuntungan fintech lending ini data, maka perlu kolaborasi dengan pemerintah. Bantuan ini kan butuh data," ujar Pria yang juga menjabat sebagai Dewan Penasihat AFPI, saat mengikuti seminar bertajuk ‘Peran Fintech Lending dalam Akselerasi Penyaluran Stimulus Program Pemulihan Nasional’, Kamis lalu (3/9).

Saat itu, Adrian Gunadi juga menambahkan bahwa fintech lending dapat menggunakan Pusdafil untuk menilai UMKM mana yang paling membutuhkan bantuan. Platform ini memiliki informasi terkait perkembangan bisnis hingga NIK.

Berdasarkan data OJK, ada 161 penyelenggara fintech lending yang terdaftar. Sebanyak 33 di antaranya sudah memiliki izin. Mereka telah menyalurkan pinjaman total Rp 116,7 triliun. Pinjaman yang masih berjalan atau outstanding mencapai Rp 11,94 triliun per Juli.

AFPI memproyeksikan, penyaluran pembiayaan melalui fintech lending mencapai Rp 61 triliun selama tahun ini saja. Angka itu turun dibandingkan perkiraan awal, karena adanya pandemi virus corona. Meski begitu, target ini lebih tinggi dibandingkan realisasi tahun lalu yang hanya Rp 58 triliun.

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan