Sentuh Rp 274 Juta, Harga Bitcoin Mendekati Rekor 2017

Katadata
Ilustrasi bitcoin
Penulis: Desy Setyowati
25/11/2020, 11.14 WIB

Harga bitcoin sempat menyentuh US$ 19.359 atau Rp 274 juta per koin pada Pukul 22.29 WIB perdagangan Selasa (24/11). Harganya mendekati rekor US$ 19.783 yang terjadi pada Desember 2017.

Sejak awal tahun (year to date/ytd), harga mata uang digital (cryptocurrency) itu naik lebih dari 150%. Bahkan, harganya naik US$ 1.000 atau Rp 14,2 juta lebih dalam sepekan.

Harga bitcoin melewati US$ 15.000 pada 5 November dan US$ 18.000 pada 19 November. “Nilai pasarnya, yang dihitung dengan mengalikan jumlah total bitcoin yang beredar dengan harga, sekarang mencapai US$ 355,9 miliar. Lebih tinggi dari US$ 331,8 miliar pada Desember 2017,” demikian tertulis pada laporan CoinDesk, dikutip dari CNBC Internasional, Rabu (25/11).

Meski lonjakannya mirip dengan 2017, investor menilai harganya tidak akan anjlok drastis setelah naik tinggi. Saat itu, harga bitcoin merosot tajam dari US$ 20 ribu menjadi kisaran US$ 3 ribu pada tahun berikutnya.

Namun, “kapitalisasi pasarnya sekarang lebih tinggi, meskipun aset kripto bernilai sedikit lebih rendah,” kata analis pasar di platform investasi online eToro, Adam Vettese, dikutip dari CNBC Internasional, pekan lalu (18/11).

Hal itu karena sistem bitcoin lebih besar dibandikan 2017. Saat ini, Fidelity Investments, Square, dan PayPal mengadopsi mata uang kripto. JP Morgan dan Bank of America juga mengakui aset ini.

Kepala investasi di hedge fund cryptocurrency Arca, Jeff Dorman mengatakan, masuknya perusahaan besar tidak serta merta memicu bull market. Akan tetapi, ini bakal menurunkan faktor kekhawatiran atas pasar aset digital.

"Kebanyakan orang konservatif di Wall Street tidak ingin menjadi yang pertama dan terakhir," kata Dorman dikutip dari Business Insider, tiga pekan lalu (8/11). "Begitu ada preseden yang ditetapkan, itu membuka pintu air bagi semua orang. Itu saja tidak cukup untuk memulai siklus bull, tetapi setidaknya meningkatkan permintaan bitcoin.”

Selain itu, pemilihan presiden (pilpresAmerika Serikat (AS) secara tidak langsung berpengaruh terhadap kenaikan harga bitcoin. Ini karena partai pengusung  Donald Trump, Republik mempertahankan 23 kursi Senat, sementara Demokrat 12  kursi berdasarkan laporan CNN Internasional, tiga pekan lalu (4/11). Namun partai pendukung Joe Biden ini diprediksi tetap menguasai parlemen.

Kondisi tersebut dinilai akan mempersulit proses pengambilan kebijakan oleh Biden. Alhasil, bank sentral AS, Federal Reserve akan dipaksa mencetak lebih banyak uang untuk mendukung perekonomian. Ini akan menekan dolar AS dan memicu inflasi.

Faktor ketiga yakni pengurangan pasokan (halving day) setiap empat tahun sekali. Bitcoin reward halving adalah mekanisme baku pada sistem blockchain untuk mengendalikan jumlah koin yang tercipta di setiap 210 ribu blok per 10 menit.

Halving day pertama pada 2012, yakni penambang (miners) hanya bisa menambang 25 bitcoin per 10 menit. Lalu pada 2016 menjadi 12,5 koin. Setahun setelah periode pengurangan pasokan ini, harga bitcoin melesat hingga menyentuh rekor US$ 20 ribu pada Desember 2017.

Pada Mei lalu, halving day ketiga terjadi, sehingga penambang hanya dapat memperoleh 6,25 bitcoin per 10 menit hingga empat tahun ke depan. Business Development Specialist of Indodax Fransiskus Bupu Awa Du’a menjelaskan, ini bertujuan menekan suplai koin.