Ia menilai, permintaan institusional menjadi katalis utama di balik pasar bullish bitcoin tahun ini."Investor akan semakin melihat bitcoin sebagai lindung nilai terhadap masalah inflasi yang sah," ujarnya.
Selain DeVere, analis Bloomberg memprediksi harga bitcoin menyentuh US$ 50.000 per koin pada tahaun depan. Ini karena bank sentral utama dan pemerintah tidak akan mengurangi atau menghentikan program stimulus pendorong inflasi dalam waktu dekat.
Stimulus diberikan untuk mengatasi dampak pandemi corona. "Indikator makro ekonomi, teknis dan permintaan pasokan akan mendukung resistensi target US$ 50.000 tahun depan," demikian kata analis Bloomberg dikutip dari Coindesk pada awal Desember lalu (4/12).
Selain itu, pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS) secara tidak langsung berpengaruh terhadap kenaikan harga bitcoin. Ini karena partai pengusung Donald Trump, Republik mempertahankan 23 kursi Senat, sementara Demokrat 12 kursi berdasarkan laporan CNN Internasional, awal November lalu (4/11). Namun partai pendukung Joe Biden ini diprediksi tetap menguasai parlemen.
Kondisi tersebut dinilai akan mempersulit proses pengambilan kebijakan oleh Biden. Alhasil, bank sentral AS, Federal Reserve akan dipaksa mencetak lebih banyak uang untuk mendukung perekonomian. Ini akan menekan dolar AS dan memicu inflasi.