Kabar Terbaru Jack Ma: Sembunyi dari Sorotan Media, Bukan Hilang

ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song
CEO Tesla Inc Elon Musk dan Ketua Eksekutif Alibaba Group Holding Ltd Jack Ma menghadiri Konferensi Kecerdasan Buatan Dunia (WAIC) di Shanghai, China, Kamis (29/8/2019).
Editor: Pingit Aria
7/1/2021, 10.37 WIB

Pendiri Alibaba Jack Ma mendapatkan tekanan Tiongkok hingga Amerika Serikat (AS) atas perkembangan bisnis teknologi keuangan atau fintech-nya, Ant Group. Ma kemudian menghindari sorotan media, bahkan sempat dikabarkan hilang.

Jack Ma terakhir kali muncul di hadapan publik ketika berpidato dalam acara Bund Summit di Shanghai pada akhir Oktober 2020. Dalam pertemuan itu, Ma mengatakan bahwa Beijing menghambat inovasi, khususnya di bidang keuangan.

Presiden Tiongkok Xi Jin Ping dikabarkan murka atas pernyataan itu. Taipan Tiongkok itu sempat dipanggil oleh otoritas di Beijing pada awal 2 November 2020 lalu. Ma tak lagi muncul ke publik sejak saat itu.

Namun, kabar hilangnya Jack Ma dibantah oleh laporan terbaru dari jurnalis CNBC Internasional David Faber pada Rabu (6/1). Menurut informasi dari sumber yang mengetahui masalah tersebut, Faber menyatakan, "Pendiri Alibaba Jack Ma, tidak hilang.”

Menurut Faber, Ma hanya tidak ingin tampil terlebih dahulu ke hadapan publik dan menghindari sorotan media. Menurutnya, ada kemungkinan pendiri raksasa e-commerce Alibaba itu berada di Hangzhou, yang menjadi markas Alibaba. 

Ia juga membantah kabar bahwa Jack Ma ditangkap oleh Pemerintah Tiongkok karena telah mengkritiknya.

Analis pasar di biro riset Oanda Jeffrey Halley juga mengatakan bahwa kabar penahanan oleh Pemerintah Tiongkok tidak masuk akal. "Tidak ada bukti bahwa Jack Ma telah ditahan dan mereka sungguh tidak punya alasan untuk menahannya," katanya dikutip dari CNN Internasional pada Selasa (5/1).

Databoks berikut menggambarkan besarnya layanan Ant Financial milik Jack Ma:

Kepala konsultan teknologi BDA China yang berbasis di Beijing, Duncan Clark mengatakan bahwa Ma kemungkinan besar menghindari perhatian publik karena tekanan yang bertubi-tubi menghantam perusahaannya. "Ini adalah situasi yang cukup unik, lebih terkait dengan skala Ant Group dan kepekaan terhadap regulasi keuangan," katanya dikutip dari The Guardian pada Rabu (6/1).

Peneliti di Peterson Institute for International Economics Martin Chorzempa juga sependapat dengan Duncan. "Anda tidak ingin terlihat oleh publik ketika perusahaan Anda berada dalam situasi politik yang sangat rumit," katanya.

Tekanan bertubi-tubi memang dihadapi oleh Jack Ma atas perkembangan Ant Group. Setelah Ant Group gagal melantai di bursa saham atau IPO tahun lalu, Pemerintah Tiongkok meminta Ma merombak bisnisnya dengan melepas bisnis keuangan lain dan hanya menyediakan layanan pembayaran, Alipay.

Tidak hanya pada Ant Group, lini bisnis e-commerce mereka Alibaba juga ditekan Tiongkok. Pemerintah Tiongkok telah melakukan penyelidikan terhadap Alibaba atas dugaan monopoli sejak akhir 2020.

Bahkan, Jack Ma semakin tertekan ketika kemarin (6/1) Pemerintah AS di bawah Presiden Donald Trump memblokir Alipay. Trump menandatangani perintah eksekutif yang melarang delapan aplikasi buatan Negeri Panda, termasuk Alipay, digunakan di AS. 

"Ini bertujuan mengantisipasi ancaman bagi warga Amerika yang ditimbulkan oleh aplikasi Tiongkok, yang memiliki basis pengguna besar dan akses ke data sensitif," kata pejabat senior pemerintahan yang tidak disebutkan namanya, dikutip dari Reuters, Rabu (6/1).

Berdasarkan data Sensor Tower, aplikasi Alipay diunduh 207 ribu kali di AS selama tahun lalu. AS khawatir, perangkat lunak ini memanfaatkan data pribadi warga Amerika.

"Pengumpulan data memungkinkan Tiongkok untuk melacak lokasi karyawan dan kontraktor federal, serta membuat berkas informasi pribadi," demikian tertulis pada dokumen pemblokiran tersebut.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan