Secara khusus, menurutnya stablecoin Tether rentan. “Sebab mereka tidak didukung satu banding satu (dengan dolar AS),” kata dia.

“(Beberapa stablecoin yang didukung fiat) didukung oleh aset yang agak berisiko. Tentu saja merupakan kerentanan bahwa beberapa stablecoin tidak sepenuhnya didukung oleh aset seperti uang tunai,” tambah dia.

Jaksa Agung New York meminta Tether menyerahkan laporan triwulanan tentang kepemilikan cadangan pada Februari 2021. Laporan selanjutnya menunjukkan bahwa cadangan terdiri dari aset tidak likuid yang signifikan, seperti surat berharga.

(BACA JUGA: 'Musim Dingin' Kripto Tahun Ini Beda dengan 2017, Lebih Berbahaya?)

Hal itu menimbulkan keraguan atas kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya.

Sejak saat itu, Tether mengurangi kepemilikan obligasi dari US$ 5 miliar menjadi US$ 3,5 miliar.

Harga Tether juga turun secara signifikan di bawah harga US$ 1 sejak harga TerraUSD anjlok. Pada saat itu, CTO Bitfinex Paolo Ardoino mengatakan bahwa penurunan ini tidak berpengaruh, karena investor selalu dapat menebus langsung dari perusahaan dengan nilai nominal.

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan, Lenny Septiani