Ahli IT Minta YouTuber Cermati 4 Hal untuk Hindari Disinformasi Corona

Arief Kamaludin | Katadata
Ilustrasi, suasana jumpa pers YouTube Fanfest 2016 di Jakarta, Jumat, (21/10/2016).
5/8/2020, 18.36 WIB

Ia menilai, influenfer maupun YouTuber yang menyebarkan kabar bohong sehingga menimbulkan kegaduahn juga perlu dihukum. Ini untuk memberikan efek jera kepada kreator lainnya.

Di satu sisi, masyarakat juga harus memverifikasi hal-hal yang disampaikan dalam konten YouTuber. Apalagi, berdasarkan studi Koalisi warga LaporCovid-19 bersama Social Resilience Lab, NTU, sebagian warga DKI Jakarta percaya bahwa corona sengaja dibuat oleh manusia.

Sebanyak 58% dari total 154.471 responden ragu bahwa virus corona merupakan buatan manusia. Hanya 23% yang yakin betul bahwa teori ini salah.

Yang menarik, mereka yang yakin bahwa virus corona merupakan buatan manusia, lebih percaya selebritas atau influencer ketimbang dokter dan pemerintah. Porsinya 24,46%.

Sedangkan yang percaya dokter, hanya 16% yang yakin bahwa virus itu buatan manusia. Lalu, hanya 16,42% dari yang mempercayai pemerintah, yakin jika virus penyebab Covid-19 sengaja dibuat manusia.

“Data itu mengkhawatirkan,” kata Sosiolog Bencana sekaligus Associate Professor Nanyang Technological University (NTU), Singapura Sulfikar Amir saat mengikuti webinar LaporCovid-19, bulan lalu (5/7).

Dengan persepsi ini, ia khawatir masyarakat tak berhati-hati akan risiko terpapar corona. Apalagi, kasus positif virus corona di Indonesia terus meningkat, sebagaimana tecermin pada Databoks di bawah ini:

Halaman:
Reporter: Cindy Mutia Annur