Transaksi perusahaan telekomunikasi meningkat saat pandemi corona, karena masyarakat beralih ke beragam layanan digital, termasuk belajar online. XL Axiata dan Telekomunikasi Indonesia (Telkom) pun menyiapkan sejumlah langkah untuk memaksimalkan layanan.
Director and Chief Information-Digital Officer XL Axiata Yessie D Yosetya mengatakan, perusahaan memperkuat jaringan di area permukiman untuk menunjang proses belajar online. Sebelumnya, “fokus kami ke wilayah mobilitas,” katanya dalam webinar Regional Summit 2020 bertajuk ‘Kolaborasi Menuju Pembangunan Daerah Berkelanjutan’ yang digelar virtual, Selasa (3/11).
XL Axiata juga menggenjot fiberisasi untuk menjaga kualitas jaringan. Fiberisasi adalah upaya memodernisasi jaringan dengan cara menghubungkan base transceiver station (BTS) melalui jalur fiber. Perangkat BTS diperbarui, sementara peranti pengirim sinyal gelombang mikro (microwave) diubah menjadi fiber.
Perusahaan juga menyiapkan upaya preventif untuk menjaga kualitas jaringan di setiap lokasi. "Banyak traffic terjadi di residensial. Kami mewaspadai masalah ketidakseimbangan traffic," ujar Yessie.
XL Axiata pun meluncurkan paket data internet dengan tarif terjangkau agar sesuai dengan kantong pelajar dan mahasiswa. Ada tiga varian yakni 2 Gigabyte (GB) Rp 1.000 berlaku sehari, 5 GB seharga Rp 2.500 untuk tiga hari, dan 15 GB Rp 7.500 selama sepekan.
Pelajar dapat memanfaatkan paket tersebut untuk mengakses aplikasi dan website pemerintah untuk membantu belajar dari rumah. Aplikasi yang dimaksud seperti Ruangguru, Zenius, dan Sekolahmu.
Selain itu, situs web yang bisa diakses yakni Rumah Belajar pada tautan belajar.kemendikbud.go.id. Kemudian, Spada Indonesia Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan spada.kemdikbud.go.id atau lmsspada.kemdikbud.go.id/.
Meski begitu, siswa di beberapa daerah mengalami kendala dari sisi kualitas dan akses internet. Oleh karena itu, "kami memberikan router gratis untuk pembelajaran jarak jauh (PJJ) kepada sekolah," kata Yessie.
XL Axiata juga menggaet pemerintah daerah serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk mendonasikan ponsel pintar (smartphone) ke beberapa wilayah yang kesulitan menggelar PJJ. "Ini karena banyak siswa di remote dan rural area yang belum memiliki perangkat," katanya.
Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) memang mencatat, ada 12.548 desa yang belum terakses internet generasi keempat (4G). Sebanyak 9.113 berada di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar atau 3T. Sedangkan sisanya di luar 3T, sehingga menjadi tanggung jawab operator seluler.
Meski begitu, Direktur Bisnis Digital Telkom Fajrin Rasyid mengatakan bahwa perusahaan menjangkau 99% populasi Indonesia. Selain itu, "kami dengan Kominfo menargetkan daerah yang belum terjangkau internet,” ujar dia.
Perusahaan berpelat merah itu juga mengandalkan teknologi maha data (big data) untuk menganalisis persoalan dan langkah apa yang harus dilakukan. “Ini agar secara bisnis performanya baik dan mendukung PJJ," kata Fajrin.
Dengan langkah-langkah itu, Telkom menurunkan berbagai harga paket internet agar sesuai dengan kantong pelajar, yakni Rp 2 ribu. Lalu, “kami bundle dengan layanan digital khususnya pendidikan," katanya.
Saat pandemi virus corona, pelajar diimbau belajar dari rumah. Data Kemendikbdud per 13 April 2020 menyatakan, total 68.729.037 siswa harus menjalani PJJ.