Distributor Ponsel RI Diramal Menumpuk Stok Sebelum PPN Naik Jadi 11%

ANTARA FOTO/Risky Andrianto
Penjual melayani pembelian telepon seluler (ponsel) di salah satu pusat perbelanjaan elektronik di Bekasi, Jawa Barat, Senin (9/12/2019).
23/3/2022, 12.47 WIB

Pemerintah akan memberlakukan kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 10% menjadi 11% mulai bulan depan (1/4). International Data Corporation (IDC) memperkirakan, distributor ponsel menumpuk stok sebelum penerapan kebijakan ini.

IDC memperkirakan pasokan ponsel pintar (smartphone) meningkat secara bertahap tahun ini. Para vendor gawai diprediksi mulai menambah stok sebelum memasuki ramadan.

Selain itu, dalam rangka mempersiapkan diri menghadapi perubahan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan kenaikan PPN.

Berdasarkan Peraturan Menteri (Permen) Kominfo terkait TKDN ponsel 5G, penggunaan komponen dalam negeri untuk gadget 4G dan 5G ditetapkan 35%. Ini meningkat dibandingkan sebelumnya 30%.

Aturan itu berlaku enam bulan sejak penetapan permen Kominfo. Ini artinya, kebijakan TKDN 35% berlaku pada April 2022.

”Meskipun sebagian besar vendor smartphone mempersiapkan diri untuk menghadapi peningkatan TKDN, masih ada ketidakpastian untuk lini produk higher-end mereka yang mungkin akan diatur lebih ketat,” ujar Associate Market Analyst from IDC Indonesia dalam keterangan pers, Senin (23/4).

“Ada kemungkinan distributor ponsel akan menumpuk stok sebelum pajak dinaikkan dari 10% ke 11%” tambah dia. Namun ia tidak memerinci alasannya.

IDC memproyeksikan, pasar smartphone di Indonesia mencapai 44 juta unit tahun ini atau naik 8% secara tahunan (year-on-year/yoy). Pada 2020, pengiriman gawai di Tanah Air 40,9 juta atau meningkat 10,9%, menurut IDC Worldwide Quarterly Mobile Phone Tracker.

Paruh pertama 2021, pengiriman ponsel tumbuh 47% yoy. Namun pasar kemudian melambat pada semester II tahun lalu.

Di Indonesia, OPPO memimpin pasar dengan mengirim 8,5 juta gawai sepanjang tahun lalu atau tumbuh 3,5% yoy. Pangsa pasarnya pun mencapai 20,8%.

Di posisi kedua ada Xiaomi dengan 19,8% pangsa pasar. Perusahaan asal Cina ini mengirimkan 8,1 juta unit atau naik 34,2%.

Disusul oleh Vivo dengan pangsa pasar 18,1%. Vivo mengirimkan 7,4 juta gadget atau turun 20,2% tahun lalu.

Posisi keempat ditempati oleh Samsung yang menguasai 17,6% pangsa pasar di Tanah Air. Perusahaan asal Korea Selatan ini mengirimkan 7,2 juta smartphone atau naik 19,5%.

Lalu Realme memiliki pangsa pasar 12,2% di Indonesia. Produsen gawai asal Tiongkok ini mengirimkan lima juta ponsel atau turun 3,3%.

IDC menilai, OPPO menjadi penguasa pangsa pasar kelas menengah ke bawah atau low-end tahun lalu. Produsen gadget ini pun memiliki lebih sedikit ponsel 5G pada portofolio, dibandingkan pemain lain.

Sedangkan Xiaomi berhasil membukukan pertumbuhan tertinggi tahun lalu. Hal ini didukung oleh ekspansi penjualan secara offline dan meningkatnya pengiriman pada sub-brand POCO.

IDC mencatat, seri Redmi 9 menjadi kontributor terbesar terhadap pengiriman tahunan Xiaomi. Selain itu, produsen ini dinilai sukses mengembangkan portofolio kelas menengah atau mid-range dengan kisaran harga produk US$ 200 hingga US$ 400, dengan bantuan Redmi Note 10 dan seri X3 dari POCO.

Sedangkan Vivo mempertahankan kekuatan di segmen low-end. Namun mereka mengalami penurunan pada segmen harga yang lebih tinggi.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan