Pemerintah Vietnam berencana membatasi jam kerja mahasiswa yang menjadi mitra pengemudi ojek online Grab, Gojek maupun Be. Mereka khawatir, mahasiswa yang bekerja sembari belajar bakal meningkatkan angka kecelakaan lalu lintas.
Wakil Perdana Menteri Truong Hoa Binh meminta kementerian untuk mempertimbangkan pembatasan jam kerja mahasiswa yang bekerja paruh waktu. “Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) harus ke arah ekonomi yang berbasis pengetahuan,” kata dia dikutip dari Kr-Asia, hari ini (7/1).
Aturan itu rencananya hanya memperbolehkan mahasiswa bekerja pada akhir pekan. Kebijakan ini akan berlaku bagi semua jenis pekerjaan paruh waktu, bukan hanya pengemudi ojek online.
Salah seorang dosen di Foreign Trade University (FTU) Vietnam mengatakan, mahasiswa punya hak untuk bekerja dan mengatur waktunya sendiri. “Saya berpikir, kita harus sangat berhati-hati (dalam membuat kebijakan),” katanya.
Ia khawatir, pembatasan jam kerja mahasiswa akan menjadi bumerang bagi pemerintah. Sebab, beberapa mahasiswa bisa saja menemukan cara lain supaya dapat bekerja lebih lama dari yang ditetapkan. “Perlu ada kebijakan pendukung bagi siswa yang berjuang secara finansial,” ujarnya.
(Baca: Baru Berdiri Setahun, Tiga Pimpinan Gojek di Vietnam Hengkang)
Deputy Chief Officer of the National Traffic Safety Committee Tran Huu Minh mengatakan kepada media lokal VnExpress, jam kerja mahasiswa perlu dibatasi. Meski begitu, ia mengakui bahwa mahasiswa punya untuk bekerja paruh waktu.
Saat ini, Grab, GoViet, dan Be merupakan penyedia utama layanan ojek online di Vietnam. Pada 2019, Grab memiliki sekitar 190 ribu mitra pengemudi taksi dan ojek online di negara itu.
Sedangkan Gojek melalui GoViet mempunyai sekitar 125 ribu mitra. Lalu, Be memiliki 60 ribu mitra pengemudi per akhir tahun lalu.
Vu Minh Tuan, mahasiswa FTU berusia 20 tahun, bekerja sebagai mitra GoViet selama enam bulan. Dia mengaku bisa mendapat 600 ribu-700 ribu Vietnam Dong atau sekitar Rp 360 ribu-Rp 421 ribu sehari.
(Baca: Grab Target Gaet 10 Juta UMKM di Asia Tenggara pada 2025)
Menurut dia, upah tersebut sangat layak untuk pekerjaan yang tidak memerlukan pengalaman kerja sebelumnya, “Saya sadar tidak bisa bekermbang dengan pekerjaan seperti ini, tapi itu sangat fleksibel,” kata dia.
Ia merasa tidak adil jika jam kerja mahasiswa dibatasi. Ia menegaskan bahwa pengemudi ojek online sepertinya memahami tanggung jawab masing-masing.
Mahasiswa lainnya yang bekerja sebagai pengemui ojek online, yakni Luong Ngoc Son. Ia bergabung dengan Grab selama enam bulan terakhir, dan beroperasi di Hanoi. Setiap bulannya, ia bisa mendapat 4 juta Vietnam Dong atau sekitar Rp 2,4 juta.
Bagi mahasiswa Hanoi College of Technology and Trading itu, pendapatan dari bekerja sebagai pengemudi ojek online sangat penting baginya. Ia bisa membayar uang kuliah dan kebutuhan sehari-hari.
"Ini jauh lebih besar daripada jika saya bekerja sebagai pelayan paruh waktu. Saya juga dapat memilih jadwal saya sendiri," kata Son.
(Baca: Menteri Malaysia Ungkap Alasan Negaranya Butuh Gojek)