Tokopedia dan Traveloka dikabarkan sedang bernegosiasi dengan investor untuk menggalang pendanaan baru di tengah pandemi corona. Unicorn Indonesia lainnya, OVO juga berencana mengumpulkan dana segar pada semester I tahun ini.
Sedangkan Bukalapak terakhir kali memperoleh pendanaan pada Oktober 2019. Perusahaan asal Korea Selatan, Shinhan Financial Group Co Ltd bergabung dalam putaran pendanaan ini.
Penggalangan dana itu disebut-sebut membuat valuasi Bukalapak mencapai US$ 2,5 miliar lebih. Perusahaan e-commerce ini pun belum mengungkapkan rencana pendanaan baru.
Sedangkan decacorn Tanah Air, Gojek telah mengumumkan pendanaan dari Facebook dan PayPal pada awal bulan lalu (3/6). Google dan Tencent juga kembali menambah investasi di startup dengan valuasi lebih dari US$ 10 miliar ini.
(Baca: Facebook, PayPal, Google hingga Tencent Suntik Investasi ke Gojek)
Kini, giliran Traveloka yang dikabarkan menghimpun pendanaan baru. Sumber Bloomberg mengatakan, perusahaan melanjutkan negosiasi dengan investor strategis baru seperti Siam Commercial Bank Pcl dan Richard Li's FWD Group Ltd, serta penanam modal terdahulu (existing) GIC Pte. dan East Ventures.
“Pembicaraan ini untuk mengamankan sekitar US$ 250 juta (Rp 3,6 triliun),” kata sumber, dikutip dari Bloomberg, Selasa (7/7).
Dengan tambahan modal itu, valuasi Traveloka diperkirakan US$ 2,75 miliar atau Rp 39,7 triliun. Sumber mengatakan, besaran proyeksi valuasi ini 17% lebih rendah dibandingkan ketika mendapat investasi sebelumnya.
Sebelumnya, valuasi startup penyedia layanan perjalanan berbasis online (Online Travel Agent/OTA) itu disebut-sebut US$ 3,3 miliar. (Baca: Dikabarkan Galang Pendanaan, Valuasi Traveloka Diprediksi Rp 39,7 T)
Berdasarkan data Crunchbase, Traveloka terakhir mendapatkan pendanaan sebesar US$ 420 juta pada April 2019. Dana segar ini diperoleh dari investor Singapura, GIC Pte.
Katadata.co.id juga beberapa kali meminta komentar Traveloka terkait pendanaan. Namun, belum ada tanggapan hingga berita ini diturunkan.
(Baca: Traveloka Berencana Cari Mitra Hingga IPO di Dua Negara)
Tokopedia juga dikabarkan dalam pembicaraan dengan Google dan Temasek Holdings Pte. Negosiasi ini terkait putaran pendanaan senilai US$ 500 juta hingga US$ 1 miliar (Rp 7,2 triliun sampai Rp 14,5 triliun).
Namun, unicorn Tanah Air itu enggan menanggapi kabar tersebut. "Kami tidak berkomentar untuk spekulasi atau rumor pasar," ujar VP of Corporate Communications Tokopedia Nuraini Razak kepada Katadata.co.id, Sabtu (4/7).
Sumber Bloomberg mengatakan, Tokopedia mengadakan pembicaraan dengan sejumlah perusahaan teknologi raksasa Amerika Serikat (AS) lainnya. Mereka yakni Facebook Inc., Microsoft Corp., dan Amazon.com Inc.
(Baca: Tokopedia Tepis Kabar Soal Investasi dari Google & Temasek)
Namun, Google dan Temasek disebut-sebut sebagai calon investor yang paling aktif dalam bernegosiasi dengan Tokopedia. Sumber mengatakan, pembicaraan akan berlangsung dalam beberapa pekan ke depan.
Sedangkan unicorn Indonesia lainnya, OVO berencana menggalang pendanaan pada paruh pertama tahun ini. “Kami sedang menjajaki peluang itu,” kata CEO OVO Jason Thompson dikutip dari Kr-Asia, akhir tahun lalu (3/12/2019).
Rencana itu diungkapkan Jason, setelah pendiri sekaligus pemilik Lippo Group Mochtar Riady mengatakan bahwa perusahaannya menjual dua pertiga saham OVO. Sebab, perusahaan tidak kuat jika harus memasok dana untuk strategi ‘bakar uang’.
(Baca: Lippo Jual Dua Pertiga Saham, OVO Cari Tambahan Modal Tahun Depan)
OVO bahkan dikabarkan akan menjual sahamnya kepada PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK), yang juga pemilik saham dompet digital DANA. Namun Jason enggan menanggapi rumor tersebut. “Kami fokus pada eksekusi dan mengawasi pasar,” kata dia.
Pada bulan lalu, OVO dan DANA kembali diisukan merger. “Mereka bertujuan mengurangi ‘bakar uang’,” demikian kata sumber yang mengetahui informasi tersebut, dikutip dari Bloomberg, pertengahan Juni lalu (12/6).
Sumber juga menyampaikan, penandatanganan perjanjian antara kedua perusahaan tertunda karena pandemi corona. Oleh karena itu, syarat dan waktunya bisa saja berubah, termasuk terkait kesepakatan tersebut.
Namun, OVO dan DANA enggan berkomentar terkait kabar tersebut. (Baca: Fintech RI Mirip Tiongkok, Investor Sebut OVO & DANA Berpotensi Merger)