PT Xurya Daya Indonesia (Xurya) menargetkan berkontribusi 10% dari capaian pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap nasional. Untuk mencapai target itu, startup yang bergerak di bidang energi terbarukan itu mengandalkan teknologi.
Pemerintah menargetkan bisa membangun PLTS 6,5 Gigawatt (GW) hingga 2025. Xurya membantu dengan menyediakan layanan pemasangan panel surya.
Saat ini, Xurya telah menggaet 20 konsumen baik dari industri maupun ritel. Jumlah tersebut tergolong kecil dibandingkan 1.580 pelanggan PLTS atap hingga akhir tahun lalu, berdasarkan data Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM).
"Target kami, yang penting cukup bisa kontribusi ke capaian pemerintah. Mungkin 10%,” kata Managing Director Xurya Eka Himawan di Jakarta, Rabu (26/2). Beberapa konsumen Xurya yakni Tokopedia, Traveloka, dan MGM Bosco Logistics.
(Baca: Pertumbuhan Pengguna Pembangkit Listrik Surya Atap Stagnan)
Eka mengungkap beberapa tantangan yang dihadapi perusahaan dalam memasarkan layanannya. Salah satunya, pengguna dari kalangan industri khawatir terkait keamanan penggunaan panel surya.
Padahal, ia mengklaim tenaga surya dapat menghemat biaya listrik di industri hingga 20%. "Sekarang penggunanya belum banyak. Banyak yang mengira akan merusak sistem kelistrikan industri. Padahal solar panel tidak ada efek apapun," ujar dia.
Penghematan tersebut didukung oleh penerapan Internet of Things (IoT). Peralatan PLTS atap yang dipasang bisa dikendalikan jarak jauh, sehingga masalah bisa diketahui sedini mungkin.
Karena itu, Xurya berfokus mengenalkan manfaat teknologi panel surya. (Baca: Potensi Pengguna PLTS Atap Terbesar Se-Indonesia di Jawa Timur)
Saat ini, perusahaan rintisan itu baru tersedia di DKI Jakarta dan Surabaya. “Kami open daerah lainnya," kata dia.
Startup energi terbarukan itu juga tidak mengenakan biaya pemasangan dan perawatan (maintenance) di awal. Monetisasinya dengan skema bagi untung (profit sharing) atas penghematan yang diperoleh konsumen lewat pemanfaatan pansel surya.
“Tahun ini, berfokus pemecahan masalah di financing customer," ujar Eka. Untuk itu, perusahaan rintisan ini bekerja sama dengan lembaga keuangan.
(Baca: BUMN Diajak Bersinergi Kejar Target Pembangkit Listrik Tenaga Surya)
Xurya mendapat pendanaan awal pada 2018. Kabarnya, East Ventures dan Agaeti Ventures terlibat dalam investasi tersebut.
Eka mengaku, perusahaan belum begitu membutuhkan pendanaan tahun ini. Meski begitu, Xurya terbuka pada semua investor.
Kasubdit Keteknikan dan Lingkungan Aneka Energi Baru Terbarukan (EBT) Kementerian ESDM Martha Relitha Sibarani menambahkan, penggunaan PLTS atap bisa mengurangi emisi gas rumah kaca. Meski ceruk pasarnya potensial, belum banyak pemain yang masuk ke sektor ini.
"Kalau potensi memang mampu, yang jadi masalah implementasinya," kata Martha. "Tantangan kami agar bekerja sama dengan semua pihak. Kami buat roadmap membuka pasar di berbagai pihak.”
(Baca: Inovasi Tas Pintar Kingsmith, Ada Slot USB Hingga Panel Surya)