Startup penyedia layanan pemesanan makanan asal Singapura, Eatsy mengumumkan kesiapannya untuk merambah pasar Jakarta, Indonesia. Perusahaan rintisan yang didukung East Ventures bakal bersaing dengan Gojek dan Grab yang memiliki layanan serupa, yakni GoFood dan GrabFood.
CEO Eatsy Shaun Heng mengatakan, ratusan restoran di DKI Jakarta bakal segera bergabung dan tersedia di aplikasinya. “Kami sangat senang dapat menghadirkan Eatsy di Jakarta, dan kedepannya Eatsy dapat hadir di kota-kota besar lainnya di Asia Tenggara,” kata dia dalam siaran pers, Selasa (19/11).
Pengguna hanya perlu mengunduh aplikasi Eatsy, lalu memesan makanan dan datang ke restoran untuk mengambilnya tanpa perlu antre ataupun menunggu. Shaun mengatakan, layanannya menguntungkan pengguna dan mitra penjual.
Alasannya, pemilik restoran terutama yang memiliki tempat sempit, dapat mengurangi antrean dan mengatur alur pemesanan dengan baik. “Ini adalah keadaan yang saling menguntungkan," kata Shaun.
(Baca: Gojek Siapkan 7 Strategi, Pesanan di GoFood Tembus 50 Juta per Bulan)
Di Indonesia, Eatsy bekerja sama dengan OVO. Perusahaan teknologi finansial (fintech) pembayaran tersebut memiliki lebih dari 60 juta pengguna. Karena itu, Shaun berharap OVO memudahkan penggunanya dalam bertransaksi.
Melalui kerja sama ini, pengguna dapat menikmati promosi berupa uang kembali (cashback) hingga 70% sampai akhir tahun ini.
Perusahaan asal Singapura itu juga bekerja sama dengan startup penyedia sistem kasir (point of sales/POS) Moka, yang memiliki 30 ribu mitra. Nantinya, kasir mitra penjual terintegrasi dengan platform Eatsy.
Di Singapura, Eatsy memiliki lebih dari 400 mitra penjual. Perusahaan mengklaim telah meningkatkan penjualan mitranya hingga 1,5 kali lipat. Proses e-order juga diklaim mengurangi risiko kesalahan manusia (human error) dan mencegah komplain atau retur.
(Baca: Bersaing Ketat, Grab dan Gojek Rilis Menu Eksklusif dan Cloud Kitchen)
Shaun mengakui, ada banyak layanan pesan-antar makanan di Jakarta seperti GrabFood dan GoFood. Karena itu, Eatsy berfokus pada pemesanan kuliner atau mobile dine-in. Skema ini mirip dengan aplikasi Fore, yang memungkinkan pengguna memesan produk lalu mengambilnya ke toko tanpa antre. Konsep ini dikenal dengan grab and go.
Berdasarkan riset internal perusahaan, rerata pelanggan mengantre 15 menit. Lalu, menunggu pesanan diproses juga sekitar 15 menit. Waktu tunggu ini bisa meningkat dua kali lipat ketika jam sibuk. Eatsy melihat ada potensi pasar dari kondisi tersebut.
“Solusi Eatsy membuat pengalaman berkuliner menjadi lebih menyenangkan bagi penggunanya,” kata dia. Eatsy pun telah mendapat investasi hingga lebih dari US$ 1 juta.
(Baca: Punya GrabKitchen, Grab Tanggapi Rencana Gojek Rambah Cloud Kitchen)