Berdasarkan data Trueup, total ada 310 kali pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dilakukan oleh perusahaan teknologi, termasuk startup, tahun ini. Jumlah pegawai yang terkena dampak 60.987 orang per Rabu (29/6).
PHK paling banyak terjadi pada bulan ini, yakni 25.045. Sejauh ini, ada 310 PHK di perusahaan teknologi,” demikian dikutip dari Trueup, Kamis (30/6).
Rinciannya sebagai berikut:
Redfin, Netflix, dan Klarna termasuk di antara perusahaan yang mengumumkan PHK. Di Indonesia, ada Tanihub, LinkAja, Zenius, Pahamify, JD.ID, Lummo, dan Mobile Premier League (MPL).
Sedangkan Twitter, Redfin, dan Coinbase membatalkan tawaran pekerjaan yang mereka buat. Alasannya, gejolak ekonomi.
Kemudian, Uber, Meta, dan Microsoft mengumumkan bahwa mereka memperlambat perekrutan. Alasannya, inflasi di Amerika Serikat (AS) melonjak dan pembicaraan tentang resesi meningkat.
Nasib Pekerja Startup
Meski begitu, anggota Dewan Eksekutif Teknologi CNBC Internasional menilai bahwa perekrutan tidak akan melambat. Sebab, perusahaan teknologi masih kesulitan menemukan talenta digital.
Sekitar 64% pemimpin teknologi yang menjadi responden survei TEC pada 3 – 22 Juni mengatakan, sulit menemukan talenta yang memenuhi syarat dengan posisi yang tengah dicari.
Sebanyak 86% anggota TEC pun mengaku harus membayar upah lebih tinggi untuk mendapatkan talenta digital terampil.
Hampir sepertiga pun percaya bahwa mereka mungkin perlu melakukan penyesuaian jumlah karyawan pada tahun berikutnya. Sebanyak 55% mengatakan, perubahan di pasar tenaga kerja saat ini, justru memberi mereka kesempatan untuk mendatangkan talenta digital ahli.
“Saya pikir beberapa dari kandidat (ahli) itu tidak akan kami lihat atau bahkan memiliki kesempatan untuk wawancara, tapi sekarang bisa,” kata pendiri sekaligus CEO Startup kompensasi OpenComp, Thanh Nguyen dikutip dari CNBC Internasional, Selasa (28/6).
Menurutnya, banyak perusahaan teknologi akan berfokus menggunakan uang tunai untuk mendorong transaksi, ketimbang merekrut pekerja baru.
Namun, mereka kemudian bakal mengeluarkan uang lebih untuk menggaet pekerja. Sebab, “ketika orang-orang berpindah (dari satu perusahaan ke perusahaan lain), itu menaikkan kompensasi 10% - 15% secara keseluruhan,” katanya. "Dalam resesi, biaya tenaga kerja akan mulai stabil."