Respons Gojek dan Grab soal Riset 66% Ojek Online Ingin Kerja Kantoran

Adi Maulana Ibrahim|Katadata
Pengemudi ojek online menangkut penumpang di Shelter Kawasan Stasiun Sudirman, Jakarta Pusat, Senin (8/6/2020).
Penulis: Lenny Septiani
30/3/2023, 05.10 WIB

Riset menunjukkan 66% pengemudi ojek online atau ojol dan kurir ingin bekerja sebagai ‘pekerja kantoran’ masuk akal. Bagaimana tanggapan Gojek dan Grab?

Komisaris GoTo Gojek Tokopedia Agus D.W Martowardojo mengatakan, perusahaan telah menggaet 2,5 juta mitra pengemudi taksi dan ojek online.

“Memang mungkin kalau mereka ada kesempatan untuk bisa bekerja tetap sebagai pegawai, mungkin mereka mau," kata Agus dalam acara Konferensi Pers Peluncuran Riset LPEM UI: Dampak Ekonomi Ekosistem GoTo Pada Perekonomian Nasional di Tahun 2022, di Kantor Gojek, Rabu (29/3).

Namun, jika kesempatan kerja tetap itu belum tersedia, pengemudi ojek online tetap bisa mendapat penghasilan melalui aplikasi Gojek.

Selain itu, ada juga pegawai kantoran maupun mahasiswa yang membuka toko di Tokopedia.

Hal senada disampaikan oleh Direktur Utama GoTo Andre Soelistyo. Ia menyebutkan, lebih dari 50% mitra pengemudi taksi dan ojek online di platform merupakan pekerja sambilan atau part timer.

Itu artinya, pekerja kantoran atau pekerja tetap lainnya mencari tambahan uang dengan menjadi pengemudi ojek online atau ojol.

Menurutnya, bukan hanya pekerja yang harus dilihat, tetapi juga under-employment.  "Kalau ada kesempatan kerja tambahan supaya bisa mendapat menambahkan income, itu pasti semua ingin melakukan," ujarnya.

"Kalau mau ada itikad untuk mendapat penghasilan tambahan, kami adalah platform yang memberikan kesempatan tersebut," tambah dia.

Sedangkan Head Corporate & Policy Communications Grab Indonesia Dewi Nuraini mengatakan, mitra pengemudi taksi dan ojek online merupakan salah satu pemangku kepentingan utama bagi perusahaan.

“Grab berkomitmen mendukung kesejahteraan para mitra pengemudi taksi dan ojol secara jangka panjang,” ujar Dewi kepada Katadata.co.id, pada Februari (14/2).

Ia pun memastikan, Grab secara konsisten menghadirkan berbagai inisiatif rutin bagi Mitra. “Tak hanya untuk terus mempererat hubungan, namun juga untuk memberikan apresiasi dan penghargaan kepada para Mitra,” katanya.

Beberapa inisiatif tersebut antara lain:

  • Kopdar atau kopi darat (setiap 2 minggu): pertemuan rutin antara perwakilan Grab dengan para Mitra di seluruh Indonesia, baik secara langsung maupun online
  • NGASO (1x/bulan): manajemen Grab mengunjungi basecamp para Mitra untuk berdialog dan berdiskusi langsung secara dua arah. 
  • Laga Solidaritas Grab (setiap kuartal): aktivitas olahraga futsal dan badminton rutin bagi para Mitra. 
  • Nobar Warga Grab (Setiap kuartal): mengajak Mitra Pengemudi dan keluarganya untuk nonton bareng film Indonesia berkualitas.
  • Hajatan (1x/tahun): kegiatan festival akhir tahun di beberapa kota besar di Indonesia.
  • Hari Mitra Grab (1x/tahun): ajang rutin tahunan dan hari-nya para Mitra dengan memberikan penghormatan dan apresiasi terhadap para Mitra yang telah loyal dan berdedikasi. 

Grab juga memastikan terus berupaya menjaga pendapatan dan kesejahteraan mitra pengemudi melalui berbagai inisiatif, sebagai berikut: 

  • GrabBenefits: Memungkinkan mitra untuk mendapatkan berbagai diskon dan promo menarik terkait kebutuhan sehari-hari, seperti beras, hingga kebutuhan otomotif. Misalnya bahan bakar, penggantian oli, servis kendaraan, hingga kebutuhan kesehatan. 
  • GrabModal: Grab bekerja sama dengan JULO, perusahaan penyedia kredit digital yang berizin dan diawasi oleh OJK. Tujuannya untuk memberikan pinjaman mikro bagi Mitra Grab aktif. 
  • Menyediakan asuransi berupa:

Asuransi Kecelakaan: bekerja sama dengan PT Futuready Insurance Broker (FIB)

  1. Asuransi Kesehatan: bekerja sama dengan Allianz untuk memberikan dukungan asuransi kesehatan bagi para Mitra, seperti rawat inap, rawat jalan, dan perawatan gigi
  2. BPJS Ketenagakerjaan untuk memfasilitasi pendaftaran dan pembayaran Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM)

Sebelumnya, hasil penelitian Mahasiswa Doktoral London School of Economic (LSE) Muhammad Yorga Permana terhadap 1.000 kurir dan pengemudi ojek online (ojol) menunjukkan 66% dari mereka ingin menjadi pekerja kantoran.

Penelitian tersebut dilakukan terhadap ojol di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) pada 2021 - 2022. 

“Dua pertiga dari mereka mengungkapkan bahwa jika dapat memilih, mereka lebih memilih pekerjaan tradisional dengan jam kerja 9 sampai 5 daripada menjadi pengemudi ojek online,” kata Yorga dalam laman resmi LSE.

Ada tiga hal yang mendorong pengemudi ojek online atau ojol kini ingin menjadi pekerja kantoran: 

  1. Janji terkait pendapatan dinilai tidak sesuai
  2. Jumlah pesaing atau pengemudi ojek online tumbuh signifikan
  3. Guncangan ekonomi akibat pandemi corona
Reporter: Lenny Septiani