Startup TaniHub Target Gaet 1 Juta Petani Tahun Depan

Tanihub
Ilustrasi, seorang petani cabai binaan Tanihub di ladangnya. Tanihub target menggaet 1 juta petani tahun depan.
5/9/2019, 07.51 WIB

Startup di bidang pertanian TaniHub telah menggaet 35 ribu petani di Indonesia saat ini. Co-Founder dan President TaniGroup Pamitra Wineka menargetkan, perusahaannya bisa merangkul 1 juta petani tahun depan.

Pamitra menyebutkan, 35 ribu petani yang digaetnya saat ini terdiri dari 840 kelompok. Tiap kumpulan rerata terdiri atas 50 petani. "Kami kekurangan petani untuk suplai. Kami target bisa menggaet 1 juta petani tahun depan," kata Pamitra di sela-sela acara Indonesia Fintech Forum 2019 di Auditorium Dhanapala, Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu (4/9).

Sekitar 60% hasil panen petani di platform Tanihub di jual di Jawa. Ada lima wilayah distribusi, yakni Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya. "Kami sumbernya (produk pertanian) secara nasional, tetapi penjualan mayoritas di Jawa," katanya.

Perusahaan pun berencana membuka lokasi distribusi baru di Bali dan Makassar. Namun, Pamitra enggan merinci waktu ekspansinya.

"Kami masih proses finalisasi gudang dan sebagainya. Karena kami tidak hanya membuka kantor, namun juga harus menyediakan gudang dan merekrut pekerja baru dan sebagainya. Jadi kami butuh waktu," katanya.

(Baca: Startup Pertanian TaniGroup Peroleh Tambahan Modal Rp 144 Miliar)

Selain itu, Tanihub berencana menggaet beberapa pemain startup di bidang logistik dan keuangan. Sebab, menurutnya, kedua bidang tersebut sangat potensial dalam mendorong pengembangan sektor pertanian digital.

Hanya, ia enggan menjelaskan secara rinci startup mana saja yang ia target untuk kolaborasi. "Kami masih dalam tahap pembicaraan dengan para CEO-nya. Semoga saja jadi. Target kami (bisa berjalan) tahun ini," kata dia.

Tanihub merupakan bagian dari TaniGroup. Tanihub berfungsi mempertemukan petani dengan pembeli. Di grup usaha ini, ada Tanifund yang berfokus menyediakan layanan pembiayaan.

TaniHub fokus menghubungkan petani dengan pelanggan, seperti restoran, supermarket, dan lain-lain. Skemanya, Business to Business (BtoB) dengan penetrasi langsung ke inti agribisnis. Selain itu, TaniHub mengembangkan layanan Business to Consumer (BtoC) melalui aplikasi. TaniHub telah menghubungkan petani dengan lebih dari 400 Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan 10 ribu lebih pengguna individu.

(Baca: Tanihub dan Wakuliner Menang Penghargaan Startup ASEAN)

Sedangkan Tanifund sudah memberikan pinjaman Rp 150 miliar kepada 90 kelompok tani di Tanihub. Skemanya, pembiayaan diberikan selama estimasi durasi hasil panen. "Misalnya tanaman melon pinjamannya selama empat bulan. Itu disesuaikan dengan estimasi masa panennya," kata Pamitra.

Hal ini, menurutnya, berbeda dengan perusahaan teknologi finansial pinjaman (fintech lending) pada umumnya menyediakan tenor pinjaman lebih singkat. "Sistemnya, para petani yang memiliki performa bagus akan kami berikan pendanaan lewat TaniFund. Jadi tetap ada penilaian kredit, agar jangan sampai si lender (pemberi pinjaman) rugi," katanya.

(Baca: Tanihub, Startup Pertanian yang Disebut Jokowi dalam Debat Capres)

Reporter: Cindy Mutia Annur