Beijing Panggil Alibaba, Tencent, Xiaomi soal Teknologi Deepfake

Microsoft Blog
Ilustrasi video deepfake
19/3/2021, 11.43 WIB

Peneliti senior AI di Universitas Oxford Prof Sandra Wachter mengatakan bahwa teknologi deepfake semakin maju. "Harus ada undang-undang untuk mencegah hal-hal buruk dan berbahaya seperti ujaran kebencian dan pornografi," kata Sandra dikutip BBC Internasional, dua pekan lalu (8/3).

Dikutip dari CBS, warga AS di di Pennsylvania, Raffaela Spone memanfaatkan deepfake untuk menyingkirkan saingan putrinya dari kelompok cheerleader sekolah. Ia memfitnah murid tersebut dengan foto dan video rekayasa, yang menggambarkan pesaing putrinya itu sebagai gadis nakal, sering bermabuk-mabukan, merokok, dan lainnya.

Raffaela Spone menunjukkan video palsu itu ke pelatih cheerleader untuk menyingkirkan pesaing putrinya itu. Namun, berdasarkan penyelidikan polisi, video ini menggunakan deepfake.

Di AS, Facebook dan Twitter melarang penggunaan deepfake pada konten. Tahun ini, Facebook menghapus video yang diduga berbasis deepfake.

"Itu kemungkinan menyesatkan seseorang dan dibuat oleh kecerdasan buatan atau algoritme machine learning," demikian dikutip dari The Verge, Januari lalu (7/1).

Pada tahun lalu, Twitter juga mengumumkan perubahan kebijakan seputar unggahan yang dimanipulasi, termasuk deepfake. Perusahaan akan menghapus konten apabila ditemukan kemungkinan manipulasi yang menyebabkan bahaya serius.

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan