Google Latih 2.250 Mahasiswa RI untuk Atasi Defisit Talenta Digital

ANTARA FOTO/Maulana Surya/hp.
Guru membuat tugas dan berinteraksi dengan siswa lewat Google Classroom di SMP Lazuardi Kamila Global Compassianote School (SCS), Solo, Jawa Tengah, Selasa (17/3/2020). Sekolah setempat menerapkan pembelajaran secara daring menyusul aturan Pemerintah Kota Solo yang menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) virus Corona dengan meliburkan sekolah selama 14 hari setelah adanya satu pasien positif COVID-19 yang meninggal dunia dan satu dirawat di ruang isolasi RSUD Moewardi, Solo.
15/7/2021, 14.52 WIB

Setelah lulus, mereka dapat mengikuti ujian sertifikasi Google. Semua lulusan Bangkit juga diundang untuk mengikuti Virtual Career Fair di akhir Juli. "Sekitar 50 perusahaan mengikuti acara itu," katanya.

William mengatakan, program Bangkit dibuat Google untuk mengatasi defisit talenta digital di Indonesia. "Program ini untuk membangun talenta digital. Kami persiapkan karir mereka untuk masuk ke industri digital," ujarnya.

Program juga terintegrasi dengan program dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) yakni Kampus Merdeka. Program tersebut diluncurkan Kemendikbud Ristek untuk memberikan kesempatan bagi mahasiswa memilih mata kuliah yang akan mereka ambil secara bebas.

"Kampus Merdeka mempunyai visi ke depan untuk memerdekakan mahasiswa dan dosen. Ini agar di luar kampus mereka bisa mencari ilmu dan pengalaman seluas-luasnya," ujarnya.

Sebelumnya, McKinsey dan Bank Dunia telah memperkirakan bahwa Indonesia kekurangan sembilan juta pekerja digital hingga 2030. Ini artinya, ada kebutuhan 600 ribu pegiat digital per tahun.

Riset Amazon Web Services (AWS) dan AlphaBeta juga menunjukkan, hanya 19% dari seluruh angkatan kerja di Indonesia yang mempunyai keahlian di bidang digital. Padahal, Nusantara butuh 110 juta talenta digital baru untuk mendukung ekonomi pada 2025.

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan