Facebook mencatatkan laba hampir US$ 10,4 miliar atau naik dua kali lipat dibandingkan kuartal II tahun lalu (year on year/yoy). Namun lonjakan keuntungan ini diramal tak bertahan lama, karena kebijakan baru Apple terkait toko aplikasi App Store.
Laba Facebook tersebut melampaui proyeksi analis US$ 8,7 miliar. Induk WhatsApp itu juga membukukan pendapatan hampir US$ 29,1 miliar atau naik 56% yoy.
Facebook memiliki 2,9 miliar pengguna aktif bulanan selama kuartal II, meningkat 7% yoy.
Selain iklan, CEO Facebook Mark Zuckerberg menyoroti peningkatan layanan di bidang-bidang utama seperti kreator dan e-commerce. Ia pun menyinggung area fokus baru yang ia harap akan mendefinisikan ulang tentang bisnis perusahaan.
"Di tahun-tahun mendatang, saya berharap orang-orang akan beralih dari melihat kami terutama sebagai perusahaan media sosial menjadi metaverse," kata Zuckerberg melalui telepon dikutip dari CNN Internasional, Kamis (29/7).
Mark menggambarkan ‘perusahaan metaverse’ sebagai internet yang memungkinkan setiap orang seolah-olah hidup di dalamnya. Ini memungkinkan setiap orang bekerja hingga bermain gim menggunakan perangkat virtual reality (VR).
Namun, CFO Facebook David Wehner memperkirakan, kinerja perusahaan tidak cerah pada paruh kedua tahun ini. “Pertumbuhan penjualan bisa melambat karena perubahan peraturan dan platform," kata Wehner, yang secara khusus menunjuk pada aturan pelacakan aplikasi iOS Apple baru-baru ini.
Perubahan yang berlaku sejak April itu kemungkinan memiliki dampak lebih besar pada bisnis Facebook pada kuartal ketiga dibandingkan kedua. Saham induk Instagram itu pun turun hampir 4% setelah pernyataan ini.
Pembaruan perangkat lunak iOS 14.5 Apple mengharuskan pengguna memberikan izin eksplisit kepada aplikasi untuk melacak perilaku dan menjual data pribadi kepada pengiklan. Data yang dimaksud seperti usia, lokasi, kebiasaan belanja, dan informasi kesehatan.
Facebook, yang menghasilkan hampir semua uangnya dari iklan, secara agresif menolak perubahan dan memperingatkan investor terkait kebijakan Apple itu pada tahun lalu. Perusahaan menyampaikan, pembaruan ini dapat merusak bisnis jika banyak pengguna memilih keluar dari pelacakan.
Selain itu, Facebook menghadapi pengawasan peraturan yang semakin ketat. Perusahaan dan raksasa teknologi lain menjadi target RUU antimonopoli baru yang diusulkan oleh anggota parlemen DPR bulan lalu.
Perusahaan itu juga baru-baru ini berselisih dengan Gedung Putih. Ini karena Presiden Joe Biden mengklaim bahwa media sosial seperti Facebook dan Twitter ‘membunuh orang’ karena membiarkan hoaks terkait vaksinasi Covid-19.
Namun Joe Biden mengoreksi kata-katanya itu. "Facebook tidak membunuh orang, melainkan 12 orang ini (yang menyebarkan hoaks) memberikan informasi yang salah," kata dia dikutip dari The Verge, pekan lalu (20/7).