10 Petinggi Mundur dari Induk Facebook, Kenapa?

Anton/pexels.com
Tampilan Facebook di Smartphone
Penulis: Desy Setyowati
8/12/2021, 10.57 WIB

Induk Facebook, Meta ditinggal oleh sekitar 10 petinggi. Yang terbaru, Kepala Divisi Messenger Stan Chudnovsky mengumumkan akan meninggalkan perusahaan tahun depan.

Tahun ini, Facebook atau Meta menghadapi gelombang pengunduran diri para petingginya. Sebelumnya, mantan Kepala Facebook Marketplace Deborah Liu meninggalkan perusahaan pada Februari. Deborah kini menjadi CEO Ancestry.com.

Pada Maret, induk Instagram itu ditinggal oleh Chief Revenue Officer (CRO) David Fischer. Selain itu, salah satu pendiri divisi kripto (cryptocurrency) Novi Facebook Kevin Weil pergi.

Kemudian, mantan Kepala Divisi Iklan Carolyn Everson menyusul pada Juni. Ia bergabung ke aplikasi pengiriman bahan makanan Instacart sebagai presiden.

Lalu Fidji Simo mengundurkan diri dari posisi kepala aplikasi Facebook pada Juli. Ia kini menjabat CEO Instacart.

Mark D'Arcy mengundurkan diri dari perannya sebagai chief creative officer pada Agustus. Pada bulan berikutnya, kepala teknologi Facebook Mike Schroepfer mengatakan akan meninggalkan perusahaan.

Pada November, kepala kripto Facebook David Marcus menyatakan akan meninggalkan perusahaan akhir tahun ini. “Marcus dan Chudnovsky sangat dekat,” kata mantan eksekutif Facebook lainnya dikutip dari New York Post, Selasa malam (7/12). Keduanya juga sempat bekerja di PayPal.

Pada pekan lalu, kepala komunikasi terkait perangkat keras (hardware) Workplace Facebook Julien Codorniou mengumumkan bakal meninggalkan perusahaan. Dia akan bekerja di modal ventura.

Facebook memang tengah menghadapi pengetatan pengawasan dari regulator, setelah mantan karyawan Frances Haugen dan Sophie Zhang mengatakan bahwa perusahaan membiarkan konten ujaran kebencian dan hoaks di platform.

Haugen bersaksi di depan Kongres pada awal bulan (5/10) bahwa raksasa teknologi itu memanfaatkan algoritme untuk menghasilkan banyak konten ujaran kebencian yang disukai oleh pengguna.

Ia mengklaim, algoritme yang diluncurkan pada 2018 itu mengatur konten yang dilihat oleh pengguna pada platform yang dikelola Facebook. Algoritme akan mendesain sedemikian rupa guna mendorong keterlibatan orang di platform tersebut.

Berdasarkan analisis perusahaan, keterlibatan yang paling banyak terjadi yakni menanamkan rasa takut dan benci pada pengguna. Menurut Haugen, seiring waktu, algoritme yang berjalan di Facebook juga mengarah pada konten kemarahan dan kebencian.

Ia juga mengungkap dokumen internal perusahaan yang disebut Facebook Papers. Ini mengungkapkan praktik ketidakpedulian induk WhatsApp terhadap konten ujaran kebencian dan perdagangan manusia.

Dokumen itu juga menyeret CEO Facebook Mark Zuckerberg. Berkas ini berisi puluhan ribu halaman penelitian internal Facebook.

Dia juga membocorkan dokumen Facebook kepada Wall Street Journal. Berkas ini mengungkap bahwa ada banyak dampak buruk Instagram bagi remaja. Bahkan, 13% anak muda di Inggris dan 6% di Amerika Serikat (AS) berpikir untuk bunuh diri.

Kepala Eksekutif Instagram Adam Mosseri pun akan bersaksi di depan Kongres AS untuk pertama kalinya pada hari ini (8/12). Ini terkait laporan bahwa Facebook dan Instagram menyadari bahaya yang ditimbulkan oleh aplikasi dan layanan, termasuk terhadap kesehatan mental remaja.