“Kami perlu menetapkan patokan harga yang wajar bagi industri untuk menggunakan teknologi kami yang dipatenkan secara adil,” kata Ren.

Huawei mengungkapkan untuk pertama kalinya tarif royalti untuk lisensi teknologi seluler 5G. Perusahaan tidak akan meminta tarif royalti lebih tinggi dari US$ 2,50 per ponsel 5G.  

Penetapan harga itu diharapkan turut mendorong upaya mempromosikan adopsi 5G yang lebih luas di semua industri.

Selain produsen ponsel, Huawei bekerja sama dengan pembuat mobil. Perusahaan memperkirakan bahwa sekarang ada delapan juta kendaraan yang terhubung menggunakan teknologi selulernya.

Huawei sepekat melisensikan teknologi seluler 4G kepada pemasok Volkswagen. Teknologi 4G diperkirakan digunakan di lebih dari 30 juta kendaraan Volkswagen dengan konektivitas nirkabel.

Upaya Huawei memperluas potensi paten lisensi itu juga dilakukan seiring dengan anjloknya pendapatan karena sanksi AS. Dalam 2021 Annual Report Press Conference, perusahaan Cina ini melaporkan penurunan pendapatan 28,56% yoy menjadi 636,8 miliar yuan atau Rp 1.435 triliun.

Huawei masuk dalam daftar hitam (blacklist) terkait perdagangan AS sejak awal 2019. Alhasil, gawai buatan raksasa teknologi ini tak didukung oleh Android dari Google. Selain itu, ponsel mereka tidak memuat layanan seperti Gmail, YouTube, dan lainnya.

Akibat sanksi itu, Huawei terlempar dari posisi lima besar di bisnis ponsel. Lembaga riset TrendForce memperkirakan bahwa pangsa pasar Huawei menjadi ketujuh tahun lalu. Artinya raksasa teknologi Cina itu kalah dari Samsung, Apple, Xiaomi, OPPO, Vivo, dan Realme. 

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan