Pensiun Dini PLTU Jadi Tantangan Terbesar Implementasi JETP Indonesia

Muhammad Zaenuddin|Katadata
Ilustrasi, cerobong asap raksasa dari tujuh pembangkit listrik tenaga batu bara menjulang di atas desa Suralaya, Banten, Kamis (30/8).
Penulis: Agung Jatmiko
11/11/2023, 13.28 WIB

Indonesia akan merinci rencana investasi yang telah lama ditunggu-tunggu untuk Kemitraan Transisi Energi yang Berkeadilan (Just Energy Transition Partnerships/JETP). Indonesia telah mendapatkan komitmen sebesar US$ 20 miliar atau setara dengan Rp 313,88 miliar (asumsi kurs Rp 15.694,05/US$), namun pendanaannya belum direalisasikan.

JETP adalah skema pembiayaan, dimana anggota G7, bank multilateral, dan pemberi pinjaman swasta membantu negara-negara berkembang melakukan dekarbonisasi dan beralih ke sumber energi yang lebih ramah lingkungan.

Salah satu bank yang terlibat, MUFG, mengatakan pihaknya telah bernegosiasi dengan pemerintah dan lembaga swasta di Indonesia dalam empat bulan terakhir, untuk memberikan modal bagi rencana transisi energi.

Chief Regulatory Engagement Officer MUFG Tomohiro Ishikawa mengatakan, salah satu tantangan terbesar adalah penghapusan penggunaan batu bara secara bertahap di Indonesia. Ia menjelaskan, kelebihan kapasitas batu bara dapat menghambat penghentian dini pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Ini sebuah masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh pendanaan swasta saja.

"Negara-negara G7 atau negara donor lainnya harus memberikan hibah dan pinjaman lunak, agar tujuan pensiun dini PLTU di Indonesia dapat tercapai," kata Ishikawa, dikutip dari International Financial Review, Sabtu (11/11).

Halaman: