Jokowi Groundbreaking Proyek CCS/CCUS Pertama di Indonesia

Youtube/Sekretariat Presiden
24/11/2023, 19.14 WIB

Presiden Joko Widodo melakukan groundbreaking proyek Capture, Utilization, and Storage (CCS) dan Carbon, Capture, Utilization, and Storage (CCUS) di Ubadari. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, proyek tersebut akan menjadi hub CCS pertama di Indonesia. 

“Proyek ini merupakan proyek CCS yang paling terdepan dan akan menjadi CCS Hub pertama di Indonesia, dengan potensi kapasitas penyimpanan CO2 hingga 1,8 Gigaton,” ujar Arifin melalui keterangan resmi, Jumat (24/11). 

Arifin mengatakan, proyek CCUS Ubadari  menghasilkan tambahan produksi gas dan juga akan menginjeksikan sekitar 30 juta ton karbon dioksida (CO2) sampai 2035 ke reservoir yang ada.

Indonesia sangat tertarik untuk mengembangkan teknologi CCUS dan CCS. Adapun teknologi CCUS sendiri memiliki perkiraan kapasitas penyimpanan karbon sebesar 8 gigaton di reservoir minyak dan gas yang sudah habis, dan 400 gigaton di akuifer asin.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, terdapat 15 proyek CCS dan CCUS di Indonesia yang sedang dalam berbagai tahap persiapan di dengan total investasi hampir US$ 8 miliar atau setara dengan Rp 124,58 triliun. Angka tersebut sudah termasuk proyek CCUS Ubadari. 

Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Tutuka Ariadji, mengatakan penerapan CCS/CCUS penting diterapkan di Indonesia karena bisa menekan emisi karbon dalam rangka mengejar target net zero emission (NZE) pada 2060 atau lebih cepat.

Selain itu, Indonesia berpotensi menjadi pelopor dalam implementasi teknologi penangkapan karbon di Asia Tenggara, baik CCS maupun CCUS. Namun, Tutuka mengatakan bahwa penerapan teknologi tersebut di indonesia tentu tidak mudah karena adanya sejumlah tantangan.

Pertama, dari sisi resiko dampak lingkungan. Menurutnya, pengangkutan CO2 (karbon dioksida) dapat membawa dampak yang jelas bagi risiko lingkungan.

"Maka dari itu, kami perlu adanya kolaborasi lintas negara untuk memperjelas penanggung jawaban risiko dari sisi lingkungannya dari adanya penerapan CCS/CCUS ini," ujar Tutuka saat ditemui awak media, di Hotel Mulia, Jakarta, Senin (11/9).

Dia mengatakan, tantangan kedua yakni terkait teknis di mana perlu menjamin bahwa tidak adanya kebocoran karbon setelah dilakukan injeksi. Pasalnya, CO2 berhubungan dengan air yang lambat laun menyebabkan adanya korosif sehingga menimbulkan kebocoran.

"Jadi tidak lari kemana-mana itu nanti akan jadi masalah lingkungan. Kita harus pastikan dengan aturan yang ada, bahwa tidak terjadi kebocoran setelah diinjeksikan," kata Tutuka.

Selanjutnya, dia menyebutkan tantangan ketiga yakni terkait keekonomian atau biaya. Tutuka menuturkan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk membangun CCS/CCUS di Indonesia cukup besar. Untuk itu, pemerintah saat ini gencar mencari investor baik dari luar maupun dalam negeri.

Meskipun industri minyak dan gas internasional berada dalam posisi yang tepat untuk meningkatkan teknologi tersebut untuk membantu mencapai tujuan emisi nol pada tahun 2060, Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan dalam sebuah laporan bahwa teknologi ini mungkin bukan solusi utama yang layak secara ekonomi untuk mengurangi pemanasan global jika produksi minyak dan gas tidak dikurangi.

Reporter: Nadya Zahira