Pengembangan CCS Berpotensi Serap 170 Ribu Pekerja per Tahun

ANTARA FOTO/Dedhez Anggara./hp.
Petugas memeriksa keran pipa sumur saat proses injeksi CO2 di sumur JTB-161 Mundu, Jatibarang, Indramayu, Jawa Barat, Rabu (26/10/2022). Pertamina melakukan injeksi perdana CO2 ke sumur minyak sebagai langkah awal penerapan teknologi Carbon Capture, Utilization & Storage (CCUS) untuk meningkatkan produksi minyak dalam negeri.
3/1/2024, 18.12 WIB

Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Jodi Mahardi menilai proyek penangkapan dan penyimpanan karbon (carbon capture storage/CCS) dapat menyerap 170 ribu pekerja setiap tahunnya. Dengan adanya CCS, Indonesia bisa mengundang investasi industri rendah karbon ke tanah air.

Menurut Jodi, industri rendah karbon tersebut di antaranya blue ammonia, blue hydrogen, dan low carbon LNG. Hal ini menjadi terobosan bagi perekonomian Indonesia dengan membuka peluang industri baru dan menciptakan pasar global untuk produk-produk rendah karbon.

"Kita bisa membuka berbagai lapangan kerja yang diperkirakan sekitar 170.000 lowongan pekerjaan per tahunnya bisa diserap oleh industri baru ini dan industri-industri yang berada dalam rantai nilai CCS,” ujar Jodi dikutip dari siaran Youtube Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi pada Rabu (3/1).

Jodi mengatakan, Indonesia berambisi mengembangkan teknologi CCS dan membentuk hub CCS. Namun, Indonesia harus bersaing dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Australia.

"Tapi dalam sisi geografis kita diuntungkan dan juga kita lebih advance dalam hal peraturan,” ujar Jodi.

Jodi mengatakan, CCS Hub ini tidak hanya akan menampung karbon (CO2) domestik, tetapi dari negara lain. Saat ini, Indonesia tengah mempersiapkan Peraturan Presiden atau Perpres untuk penyimpanan karbon dari negara lain.

Dia mengatakan, CCS memerlukan investasi yang besar. Misalnya saja nota kesepahaman antara pemerintah Indonesia dan ExxonMobil pada November 2023 lalu mencakup investasi US$ 15 miliar dalam industri bebas emisi CO2.

“Sebagai perbandingan, proyek CCS Quest di Kanada membutuhkan US$ 1,35 miliar USD untuk kapasitas 1,2 juta ton CO2 per tahun. Data ini menyoroti pentingnya alokasi penyimpanan CO2 internasional dalam memfasilitasi investasi awal yang besar untuk proyek CCS,” ujarnya.

Jodi mengatakan, negara-negara tetangga seperti Malaysia, Timor Leste, dan Australia juga bersaing untuk menjadi pusat CCS regional. Oleh karena itu, potensi ini penting dimanfaatkan oleh Indonesia.

Menurut laporan Gas Global Report 2022 dari International Gas Union (IGU), saat ini potensi penyimpanan CO2 di sumur migas kering yang sudah terdata secara global mencapai 2.900 gigaton. Sedangkan potensi penyimpanan di akuifer air asin global sekitar 20.000 gigaton. Amerika memiliki potensi CCUS terbesar.

Reporter: Rena Laila Wuri