Ia mengatakan, cuaca ekstrem didorong oleh krisis iklim. Dimana, pendorong utamanya adalah pembakaran bahan bakar fosil.

"Belum pernah kita begitu dekat - meskipun secara sementara saat ini - dengan batas bawah 1.5°C dari Perjanjian Paris tentang perubahan iklim," kata Saulo.

Saulo mengatakan, komunitas WMO telah membunyikan Peringatan Merah kepada dunia. Ia menekankan bahwa perubahan iklim lebih dari sekadar kenaikan suhu.

“Apa yang kita saksikan pada tahun 2023, terutama dengan pemanasan laut yang belum pernah terjadi sebelumnya, penyusutan gletser, dan hilangnya es laut Antartika, menimbulkan kekhawatiran khusus,” ucapnya.

Meskipun demikian, para ilmuwan telah berulang kali memperkuat kebutuhan mendesak untuk memangkas emisi gas rumah kaca untuk menghindari krisis iklim yang terburuk.

“Laporan Keadaan Iklim Global terbaru menunjukkan sebuah planet di ambang. Polusi bahan bakar fosil mengirim kekacauan iklim dari grafik. Sirene menggelegar di semua indikator utama," ujar Saulo.

Ia mengatakan dunia telah menghangat sekitar 1,1 derajat Celcius setelah lebih dari satu abad membakar bahan bakar fosil, bersama dengan energi dan penggunaan lahan yang tidak setara dan tidak berkelanjutan.

Halaman:
Reporter: Rena Laila Wuri