Indonesia Dorong Integrasi Pasar Karbon ASEAN di COP30
Indonesia mendorong kolaborasi iklim di ASEAN melalui penyelenggaraan Ministerial Session on Accelerating Substantial Actions of Net Zero Achievement through Enhanced Cooperation in ASEAN di ASEAN Pavilion pada COP30, di Brasil, pada Kamis (13/11). Indonesia juga mendorong integrasi pasar karbon ASEAN untuk mempercepat aksi menuju nol emisi bersih (Net Zero Emission).
Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) Hanif Faisol Nurofiq mengatakan Indonesia membawa mandat jelas untuk mempercepat aksi iklim regional.
“Arah pembangunan nasional Indonesia kini sepenuhnya mengintegrasikan agenda iklim melalui Long-Term Strategy for Low Carbon and Climate Resilience (LTS-LCCR 2050) serta Second Nationally Determined Contribution (SNDC)," kata Hanif, dalam keterangan resmi, dikutip Sabtu (15/11).
Dokumen SNDC terbaru memuat target emisi absolut yang lebih ambisius, yakni 1,25 Gt CO₂e pada skenario rendah (LCCP-L) dan 1,48 Gt CO₂e pada skenario tinggi tahun 2035. Target ini memperkuat transparansi dan kejelasan aksi mitigasi Indonesia.
Hanif juga menegaskan dengan semangat One Vision, One Identity, One Community, ASEAN harus tampil sebagai kekuatan kolektif dalam membangun pasar karbon yang inklusif, transparan, dan berintegritas tinggi.
"Indonesia berkomitmen memastikan setiap ton emisi yang diperdagangkan dapat ditelusuri dan dipertanggungjawabkan," ujarnya.
Komitmen Indonesia dalam modernisasi tata kelola iklim diperkuat dengan diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 110 Tahun 2025 yang membuka pasar karbon Indonesia untuk transaksi global. Implementasi pasar karbon ini didukung oleh penguatan perdagangan karbon internasional melalui IDX Carbon serta kerja sama Mutual Recognition Agreements (MRA) dengan lima lembaga standar karbon global. Kelima lembaga itu adalah Gold Standard, Global Carbon Council, Plan Vivo, Verra, dan Puro Earth.
Carbon Connection for Climate Action
Pada COP30, Indonesia juga memperkenalkan inovasi diplomasi iklim melalui Carbon Connection for Climate Action, sebuah ruang kolaborasi dalam kerangka pasar karbon berintegritas tinggi. Inisiatif ini menjadi langkah konkret Indonesia dalam memfasilitasi konektivitas ekonomi iklim di kawasan dan pasar global, serta sejalan dengan upaya mendukung pendanaan aksi iklim untuk pengelolaan dan pemulihan lingkungan termasuk pemberdayaan masyarakat.
Dalam sesi dialog, Wakil Menteri Lingkungan Hidup Jepang Doi Kentaro menyatakan Jepang berkomitmen memperkuat kerja sama melalui mekanisme Joint Crediting Mechanism (JCM) yang telah berjalan sejak Protokol Kyoto. Jepang juga menyampaikan rencana peluncuran JCM Implementation Agency pada 2025 sekaligus menekankan pentingnya keterlibatan dini sektor swasta untuk menjamin keberhasilan integrasi pasar karbon kawasan.
Sementara itu, Ketua Brunei Climate Change Secretariat, Ahmad Zaiemaddien, menilai ASEAN perlu mengambil posisi strategis dalam solusi krisis iklim global melalui penguatan ekonomi sirkuler, serta mobilisasi pendanaan untuk Means of Implementation.
Direktur Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Kementerian Kehutanan, Agus Budi Santosa, menambahkan pasar karbon ASEAN membuka peluang signifikan untuk memperkuat aksi mitigasi lintas negara. Ia mengusulkan pembentukan platform regional untuk standardisasi karbon ASEAN yang akan memperkuat integritas pasar, khususnya dari sektor kehutanan sebagai katalis utama dekarbonisasi.