Lima Wilayah Kerja Panas Bumi yang Ditolak PLN Dilelang Tahun Depan

Arief Kamaludin|KATADATA
Ilustrasi, logo panas bumi.Terdapat empat pembangkit listrik panas bumi (PLTP) yang mulai beroperasi tahun ini dengan total kapasitas sebesar 180 MW.
1/7/2019, 14.39 WIB

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan melelang lima Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) tahun depan. Pemerintah sempat menawarkan WKP tersebut kepada Perusahaan Listrik Negara (PLN), namun ditolak karena tidak menguntungkan.

Meskipun ditolak PLN, Direktur Panas Bumi Ida Nuryatin Finahari meyakini lelang lima WKP tersebut akan diminati oleh investor. "Iya, harus optimis laku," ujar Ida kepada Katadata.co.id, Senin (1/7).

(Baca: PLN Tolak Penugasan untuk Kembangkan 5 Wilayah Kerja Panas Bumi)

Lima WKP tersebut yaitu, WKP Wapsalit di Maluku berkapasitas 5 Megawatt (MW), WKP Sumani di Sumatera Barat berkapasitas 20 MW, WKP Suwawa di Gorontalo berkapasitas 10 MW, WKP Cubadak di Sumatera Barat berkapasitas 10 MW, dan WKP Lainea di Sulawesi Tenggara berkapasitas 20 MW.

(Baca: Potensi Besar Panas Bumi sebagai Energi Terbarukan)

Adapun tahun ini terdapat empat pembangkit listrik panas bumi (PLTP) yang mulai beroperasi dengan total kapasitas sebesar 180 MW. Pertama, PLTP Mulut Balai berada di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan yang memiliki kapasitas listrik 55 MW. Pembangkit ini dikerjakan oleh PGE, dengan nilai investasi sekitar US$ 247,5 juta.

Kedua, PLTP Sorik Merapi terletak di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara dan memiliki kapasitas 40 MW. Pembangkit tersebut dikerjakan Sorik Merapi Geothermal Power dengan investasi sekitar US$ 180 juta.

(Baca: Pengusaha Harap Insentif dari Pemerintah untuk Jual Listrik Panas Bumi)

Ketiga, PLTP Sokoria di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur memiliki kapasitas 5 MW. Pembangkit ini dikerjakan Sokoria Geothermal Indonesia dengan investasi US$ 22,5 juta.

Terakhir, PLTP Muara laboh berada di Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat dan memiliki kapasitas 80 MW. Pembangkit ini dikerjakan Supreme Energy Muaralaboh dengan biaya US$ 360 juta.

Reporter: Fariha Sulmaihati