Jaringan Listrik Antarpulau Dinilai Akan Memacu Bauran EBT

ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/aww.
Panel surya yang terpasang di atap Gedung Direktorat Jenderal (Dirjen) Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (EDSM), Jakarta.
7/7/2021, 19.02 WIB

Gagasan interkoneksi kelistrikan antarpulau di Indonesia cukup penting dalam menggenjot bauran energi baru terbarukan (EBT). Pasalnya, konsep ini bisa menjadi solusi atas masalah intermitensi dari pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).

Peneliti dan pakar energi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Pekik Argo Dahono mengatakan bahwa gagasan interkoneksi antar pulau di Indonesia akan berdampak pada pengembangan bauran EBT. Konsep ini juga dapat membuat biaya penyediaan tenaga listrik lebih murah.

Menurutnya beberapa negara Eropa yang pemanfaatan EBT-nya cukup tinggi, telah mengadopsi konsep super grid. Misalnya, seperti sistem kelistrikan dari London hingga Moscow yang saling terhubung dapat saling berbagi sumber daya.

"Sehingga masalah intermitensi bisa diatasi tanpa menggunakan energy storage," ujar dia dalam diskusi secara virtual, Rabu (7/7).

Sama halnya dengan Tiongkok dan India. Dalam mempersiapkan konsep tersebut, pembangkit energi terbarukan yang pertama kali digenjot yakni pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Pembangkit ini diperuntukkan membantu EBT yang bersifat intermitten atau tidak tersedia setiap saat seperti tenaga surya dan angin.

"Itu sebabnya saya minta yang digenjot awal di Indonesia adalah PLTA dan panas bumi, keduanya bisa membantu mengatasi fluktuasi seperti energi angin dan matahari," ujarnya.

Simak databoks berikut:

Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza pun sepakat. Interkoneksi jaringan listrik sangat penting untuk pengembangan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan. Pasalnya, pembangkit hijau tidak secara terus menerus memproduksi setrum pada volume yang sama.

Salah satu untuk mengatasi persoalan intermitensi yakni dengan pembangunan baterai atau fasilitas penyimpanan daya. Namun cara lainnya yakni dengan memanfaatkan interkoneksi antar daerah.

Dengan begitu ketika satu daerah kekurangan energi, maka daerah lainnya dapat membagi energinya. "Inilah yang kami harapkan dengan Indonesia dalam meningkatkan target EBT 23% pada 2025," ujarnya.

Reporter: Verda Nano Setiawan