Jokowi Minta Kebut Transisi Energi, Ini Proyek EBT Andalan Pertamina

ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/rwa
Petugas mengecek instalasi di PLTP Kamojang, Garut, Jawa Barat, Rabu (8/9/2021).
2/12/2021, 12.59 WIB

Pertamina mendukung jalannya transisi energi Indonesia melalui sejumlah program, sesuai arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menekankan perlunya antisipasi BUMN dalam menjalankan proyek dan investasi untuk menyambut era tersebut.

Perusahaan migas pelat merah ini pun telah memiliki sejumlah proyek energi bersih serta energi baru terbarukan (EBT) yang menjadi andalan dalam melakukan transisi energi. Seperti implementasi program biodiesel B30 pada 2019, yang dilanjutkan dengan keberhasilan dalam mengembangkan produk green diesel D100.

"Untuk energi baru, setelah sukses mengimplementasikan B30 pada 2019, pertamina melanjutkan capaian positif dan memperkuat komitmen inonvasi berkelanjutan," ujar Vice President Corporate Communication Pertamina (Persero) Fajriyah Usman dalam keterangan tertulis, Kamis (2/12).

Dia menjelaskan D100 dikembangkan dengan mengolah refined, bleached and deodorized palm oil (RBDPO) di Kilang Dumai. Proyek ini ditargetkan rampung tahun depan. Pada Agustus 2021 lalu, Pertamina juga kembali mencetak tonggak sejarah baru dalam industri penerbangan nasional melalui produksi ‘Bioavtur J2.4’.

Produk BBN tersebut tidak terlepas dari pengembangan Katalis Merah Putih yang dilakukan Research & Technology Innovation Pertamina bekerja sama dengan ITB.

Adapun saat ini Pertamina tengah melaksanakan eksekusi revamp unit treated distillate hydro treating (TDHT) pada proyek standalone biorefinery phase 1 di Kilang Cilacap. Proyek ini ditargetkan rampung pada 10 Desember 2021 mendatang dan lanjut tahap II pada 2023.

Menurut dia dengan selesainya proyek tersebut, Kilang Cilacap akan mampu memproduksi Biodiesel Hydrotreated Vegetable Oil (HVO/D100) 3.000 barel per hari (bpd) dari RBDPO. Berikutnya, Pertamina melalui Standalone Biorefinery Kilang Plaju ditargetkan tahun 2024.

"Keseluruhan proyek pengembangan BBN ini merupakan bagian dari upaya Pertamina menghadapi transisi energi yang dampaknya berpotensi mengurangi impor minyak," kata Fajriyah.

Selanjutnya, pengembangan Biofuel tersebut akan ditingkatkan pada fase 2, sehingga kelak Kilang Cilacap akan mampu mengolah D100 dengan kapasitas 6.000 bpd dari multi-feed yaitu RBDPO, crude palm oil (CPO), ataupun minyak jelantah (UCO). Pengembangan fase 2 ditargetkan selesai pada 2024.

"Biodiesel yang 100% bersumber dari nabati ini merupakan bukti bahwa Pertamina sungguh-sungguh mendukung program Pemerintah untuk memanfaatkan sumber energi dalam negeri dan mengurangi ketergantungan terhadap impor BBM," kata Fajriyah.

Sementara, energi baru lainnya yang sedang dikembangkan yakni green hydrogen dan blue hydrogen, yang pilot project-nya akan dimulai di lingkungan operasi. Hidrogen hijau akan dikembangkan Pertamina Geothermal Energy (PGE), sedangkan hidrogen biru oleh Kilang Pertamina International (KPI).

PGE akan mengembangkan hidrogen hijau di seluruh wilayah operasionalnya, dengan target produksi sekitar 8.600 kilogram (kg) per hari. Saat ini pilot project hidrogen hijau telah dimulai di wilayah kerja panas bumi (WKP) Ulubelu.

KPI saat ini tengah menyiapkan proyek pengembangan hidrogen biru dari proses elektrolisis air dengan sumber energi listrik yang tersertifikasi hijau. Metode ini menggantikan proses produksi hidrogen konvensional yang menggunakan gas alam. Pengembangan hidrogen biru akan difokuskan di Kilang Plaju dan Kilang Cilacap.

"Melalui proyek tersebut, Pertamina dapat mengurangi jejak karbon dalam pembuatan hidrogen. Sehingga, dengan adanya hidrogen biru, maka lini bisnis pengolahan Pertamina juga dapat berkontribusi dalam mereduksi emisi,” katanya.

Langkah memproduksi energi baru juga dilakukan dalam pengembangan Dimethyl Ether (DME) yang bersumber dari batu bara. Melalui sinergi PT Bukit Asam dan Air Product Chemicals, Inc (APCI), Pertamina akan mulai menjalankan pilot project pengembangan DME di Tanjung Enim.

Untuk pembangkit listrik berbasis energi baru, Pertamina juga mengembangkan pembangkit listrik tenaga biogas (PLTBg) dan pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTBm) dengan total kapasitas 153 MW yang ditargetkan selesai pada 2026.

Saat ini, PLTBg yang telah beroperasi berada di Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei, Sumatera Utara dengan total kapasitas 2,4 MW.

Pertamina juga mengembangkan energi baru melalui proyek baterai dan penyimpanan (storage) untuk mendukung tumbuhnya ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Melalui Indonesia Battery Corporation, Pertamina bersama BUMN lainnya menargetkan produksi baterai 140 GWh pada 2029 untuk motor dan mobil listrik.

Sementara untuk proyek energi terbarukan, Pertamina terus meningkatkan kapasitas pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Pertamina menargetkan pada 2026, kapasitas PLTS akan mencapai sekitar 910 megawatt (MW).

Di antaranya untuk PLTS di Wilayah Kerja Rokan 200 MW, PLTS di 5.000 SPBU 31 MW, PLTS Kilang Dumai dengan 83 MW dan dilanjutkan ke kilang lain, terminal BBM/LPG dan fasilitas lainnya dari hulu ke hilir mencapai lebih dari 130 MW.

Selain itu, proyek energi terbarukan yang tak ketinggalan yakni panas bumi. Melalui PGE, Pertamina mengelola 14 WKP dengan total kapasitas terpasang sebesar 1.877 MW yang terdiri dari 672 MW (Own Operation) dan 1.205 MW (Joint Operation).

"Kami memiliki komitmen yang kuat dalam mendukung program pemerintah dalam rangka mewujudkan energi bersih dengan memanfaatkan sumber energi dalam negeri serta fokus menuntaskan proyek demi proyek secara berkelanjutan," ujarnya.

Reporter: Verda Nano Setiawan