Ekspor Biodiesel ke Eropa Anjlok 70%, Bagaimana Prospeknya Tahun Ini?

ANTARA FOTO/Budi Candra Setya/foc.
Foto udara pekerja menggunakan alat berat untuk menumbangkan pohon kelapa sawit di Mesuji Raya, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, Sabtu (29/4/2023). Data Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), realisasi program peremajaan sawit rakyat (PSR) sejak tahun 2016 hingga 30 Juni 2022 baru mencapai 256.744 hektar dari target pemerintah seluas 540.000 hektar hingga tahun 2024.
28/2/2024, 05.35 WIB

Ekspor biodiesel Indonesia ke Uni Eropa turun 70 persen setelah kawasan tersebut mengumumkan akan menerapkan Undang-undang anti deforestasi atau European Union Deforestation Regulation (EUDR). Direktur Bioenergi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Edi Wibowo, mengatakan ekspor biodiesel kemungkinan masih di bawah target tahun ini.

Namun, dia optimistis jika ekspor biodiesel tahun ini akan lebih tinggi dibandingkan 2023. 

"Capaiannya mungkin meningkat dikit dari thaun sebelumnya. Mungkin dari target hampir 1 juta kl misalnya, kita realisasi kemarin kan hanya 300 ribuan kl, mungkin tahun ini bisa 300-400 ribu kl," ujarnya  saat membuka Seminar Tantangan Industri Bioenergi yang diselenggarakan oleh Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia, Selasa (27/2).

Dia mengatakan, penerapan kebijakan EUDR menyebabkan ekspor biodiesel Indonesia, terutama dari sawit, dikenakan pajak tambahan sekitar 15-20 persen. Hal ini menyebabkan daya saing produk Indonesia menjadi turun dan ekspornya anjlok 70 persen.

Namun, Edi mengatakan, produk biodisel Indonesia sebenarnya diutamakan untuk konsumsi dalam negeri. Dengan demikian, pemerintah akan menggenjot penggunaan biodiesel di dalam negeri.

Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Kementerian Perindustrian , Setia Diarta, mengatakan kebijakan EUDR pada produk biodiesel Indonesia sebenarnya baru akan diberlakukan tahun depan. Namun, dampaknya sudah terjadi pada penurunan ekspor dari 2022-2023.

Dia mengatakan, isu kebijakan tersebut berkembang dan membuat importir menjadi lebih hati-hati. Selain itu, penurunan ekspor juga disebabkan adaya penurunan harga komoditas. 

"Ketika mau diterapkan EUDR, orang menjadi was-was," ujarnya.

Kampanye Negatif Biodiesel

Sementara itu, Plt Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Jisman P. Hutajulu, mengatakan tidak semua masyarakat menerima biodiesel dengan baik karena ada kekhawatiran dampak lingkungan. Biodiesel disebut berpotensi merusak ekosistem, mempengaruhi biodiversitas, dan masalah keberlanjutan.

Jisman mengatakan, hal itu dimanfaatkan Uni Eropa untuk melancarkan kampanye negatif dan mendiskriminasikan produk biodiesel Indonesia.

"Uni Eropa dengan berbagai cara mencoba mendiskriminasikan produk biofuel Indonesia, antara lain melalui negatif campaign RED (Renewable Energy Directive)," kata Jisman.

Selain itu, Uni Eropa juga melancarkan tuduhan anti-dumping dan mengenakan biaya masuk tambahan atas produk bioenergi, khususnya sawit. Terbaru, Uni Eropa juga menerapkan EUDR, yaitu regulasi yang mencegah impor produk-produk pertanian dan hutan terkait deforestasi ilegal.

"Berbagai tantangan tersebut telah menurunkan ekspor biodiesel kita hingga 70%," ujarnya.

Jisman mengatakan, perkembangan bioenergi tidak selalu berjalan mulus. Di dalam negeri, berbagai tantangan dihadapi oleh industri bioenergi, mulai dari aspek kebijakan, teknologi, ekonomi, infrastruktur, keberlanjutan suplai, hingga penerimaan masyarakat. Setiap aspek memainkan peran penting dalam perjalanan menuju net zero mission.

Selain itu, industri bioenergi juga menghadapi tantangan biaya produksi yang masih lebih tinggi dibandingkan dengan bahan bakar Fosil. Di sisi lain, pemerintah juga memiliki kerterbatasan dalam memberikan insentif dan infrastruktur.

Dia mengatakan, pemerintah dan industri perlu duduk bersama untuk memetakan, mengidentifikasi, dan menganalisis tantangan yang dihadapi oleh industri bioenergi. Tantangan yang cukup kompleks seringkali memerlukan pendekatan yang terpadu dan solusi yang inovatif dan berkelanjutan.

"Tantangan dari sisi sustainability of feedstock, jaminan ketersediaan sumber daya energi yang berkelanjutan, serta tidak bersaing dengan produksi pangan, pakan ternak, bahan baku industri, dan pupuk adalah sebuah tantangan yang signifikan," ujarnya.

Wakil Ketua Umum Aprobi, Catra de Thouars, mengatakan industri biodiesel sudah berkembang di tanah air selama dua dekade. Saat ini, biodiesel Indonesia menggunakan campuran 35% atau B35.

"Hingga saat ini dilaksanakan mandatori pencampuran biodiesel B35 di seluruh sektor yang merupakan pencampuran biodiesel paling maju di dunia," ujarnya.

Dia mengatakan, bioenergi memiliki banyak manfaat dan juga berbagai produk yang telah dikembangkan. Saat ini, Indonesia telah memproduksi biodiesel, bioetanol, dan bioavtur.

Atas dasar tersebut, Catra mengatakan, Aprobi ingin mengajak seluruh peserta seminar untuk berdiskusi bersama terkait pecapaian industri bio energi di Indonesia, serta tantangan yang harus dihadapi menuju Indonesia madiri energi dan juga ramah lingkungan.




Reporter: Rena Laila Wuri