Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengatakan banyak lembaga di dunia yang menyediakan anggaran cukup besar untuk pendanaan yang bersifat berkelanjutan atau pendanaan hijau.
"Green Economy ini juga ada pendanaan yang disediakan oleh Amerika Serikat dan Investment Banking. Sementara Jepang ada yang namanya Just Energy Transition Partnership (JETP)," ujar Airlangga dalam acara "Green Initiative Confrence 2024", di Jakarta, Selasa (24/9).
Airlangga menyebut, Indonesia telah menyiapkan beberapa inisiatif untuk mendapatkan pendanaan dari beberapa negara dan lembaga pendanaan internasional yang fokus pada lingkungan. Beberapa negara dan lembaga pendanaan internasional berminat untuk menanamkan dananya di Indonesia.
"Mereka sangat minat adalah geotermal, yang kedua adalah pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa)," ujarnya.
Airlangga mengatakan, sampai dengan saat ini Indonesia baru memiliki satu proyek PLTSa. Menurut dia, terdapat beberapa tantangan dalam mengembangkan proyek PLTSa di Indonesia salah satunya adalah terkait dengan biaya penanganan sampah.
"Tipping fee yang menjadi kewajiban pemerintah daerah jadi tantangan ataupun menjadi persoalan yang harus diselesaikan," ujarnya.
Selain mengenai biaya penanganan sampah, permasalahan lainya adalah mengenai kesepakatan harga antara pembangkit listrik dengan pembeli yaitu PT PLN.
"Kemudian perjanjian kontrak yang diambil oleh PLN yang tentunya akan lebih mahal daripada brown energy. Jadi ini beberapa tantangan yang harus diselesaikan," ucapnya.