Keluar dari Batu Bara, Vietnam-G7 Sepakati Pendanaan JETP US$ 15,5 M

ANTARA FOTO/Jojon/wsj.
Ilustrasi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara.
Penulis: Happy Fajrian
14/12/2022, 19.18 WIB

Vietnam dilaporkan telah mencapai kesepakatan pendanaan senilai US$ 15,5 miliar atau sekitar Rp 241 triliun dengan kelompok G7, untuk membantu negara tersebut melakukan transisi energi, khususnya untuk beralih dari penggunaan batu bara.

Kesepakatan dalam skema Just Energy Transition Partnership (JETP) Vietnam akan menjadi yang ketiga di dunia setelah sebelumnya kelompok G7 menandatangani kesepakatan serupa dengan Afrika Selatan pada tahun lalu, dan Indonesia pada November 2022.

Adapun kesepakatan ini lahir seiring tekanan yang meningkat terhadap negara-negara kaya sebagai penghasil emisi terbesar di dunia untuk membantu negara-negara miskin mengatasi perubahan iklim dan beralih ke energi yang lebih bersih.

Vietnam, yang merupakan salah satu dari 20 negara pengguna batu bara terbesar di dunia, pada awalnya dijadwalkan untuk menandatangani kesepakatan JETP ini dengan negara-negara G7 pada KTT iklim PBB, COP27 pada November lalu. Namun pembicaraan tingkat tinggi terhenti sebelum kesepakatan dapat diraih.

Untuk membujuk Vietnam agar mendukung tawaran tersebut, negosiator Barat yang dipimpin oleh Uni Eropa dan Inggris telah berulang kali meningkatkan jumlah dana yang ditawarkan ke Vietnam. Adapun tawaran sebelumnya yaitu mencapai US$ 11-14 miliar.

“Separuh dari dana US$ 15,5 miliar yang disepakati akan berasal dari sektor publik dan sisanya dari investor swasta,” kata sumber yang menolak disebutkan namanya karena mereka tidak diizinkan berbicara kepada media, seperti dikutip Reuters, Rabu (14/12).

“Hanya sebagian kecil dari pendanaan akan diberikan sebagai hibah, sementara sebagian besar investasi publik akan berupa pinjaman,” kata salah satu sumber lainnya. “Jumlah awal setidaknya US$ 15,5 miliar akan dicairkan selama tiga hingga lima tahun ke depan”.

Kesepakatan G7 dengan Indonesia menjanjikan US$ 10 miliar dana publik dan US$ 10 miliar dana swasta untuk menutup pembangkit batu bara di negara tersebut dan memajukan tanggal puncak emisi sektor ini dalam tujuh tahun hingga 2030. Sedangkan Afrika Selatan menerima US$ 8,5 miliar.

Negara-negara Barat telah mendorong agar pendanaan diarahkan pada proyek-proyek seperti ladang angin lepas pantai dan peningkatan jaringan listrik nasional di Vietnam.