Bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed) telah menunjukkan sinyal dovish lewat komentar Gubernur Jerome Powell soal disinflasi. Inflasi tahunan AS telah menunjukkan tren mereda sejak Juli 2022.
Tingkat inflasi tahunan AS telah turun ke 6,2% pada Januari 2023 setelah sempat memuncak di 9,1% pada Juni 2022. Laju inflasi tahunan pada Juni 2022 merupakan yang tertinggi dalam empat dekade terakhir.
“Saya rasa untuk pertama kalinya kami dapat mengatakan bahwa proses disinflasi telah dimulai,” kata Powell dalam konferensi pers pada 2 Februari 2023, dikutip Associated Press. Disinflasi adalah perlambatan laju inflasi, khususnya dalam jangka pendek.
Sejalan dengan tren tersebut, The Fed memperlambat peningkatan kisaran target suku bunga acuan (FFR). Pada pertemuan Februari 2023, The Fed memutuskan untuk menaikkan FFR 25 poin ke antara 4,5% dan 4,75%. Kenaikan ini hanya setengah dari Desember 2022.
Pengambil kebijakan moneter biasanya terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu elang (hawkish) dan merpati (dovish). Menurut Financial Times, Powell kerap diangap netral tapi cenderung dovish terkait kebijakan stimulus COVID-19.
Pengambil kebijakan moneter biasanya terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu elang (hawk) dan merpati (dove). Anggota dewan gubernur The Fed yang netral atau biasa disebut sentris menyadari pentingnya kebangkitan ekonomi maupun lonjakan inflasi.
Pengelompokkan pengambil kebijakan moneter ini berkaitan dengan mandat bank sentral. The Fed memiliki amanat mendorong sektor tenaga kerja yang maksimal, stabilitas harga, dan suku bunga yang moderat dalam jangka panjang.
Sedangkan Bank Indonesia (BI) memiliki mandat untuk “mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah” dan “mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.”
Apa Itu Dovish dan Hawkish?
Pengambil kebijakan moneter yang dovish mendorong tingkat suku bunga yang rendah untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Tingkat suku bunga yang rendah diharapkan untuk mendorong belanja konsumen. Konsumen diharapkan mengambil cicilan rumah atau pinjaman mobil.
Namun, kebijakan moneter 'merpati' tersebut memiliki risiko untuk mendorong peningkatan harga barang dan jasa konsumen. Inflasi cenderung meningkat ketika jumlah orang bekerja meningkat.
Sebaliknya, pengambil kebijakan 'elang' mendorong tingkat suku bunga yang tinggi untuk mengendalikan inflasi. Namun, pendekatan ini berisiko untuk mengorbankan pertumbuhan ekonomi, belanja konsumen, dan ketenagakerjaan.
Selama pandemi Covid-19, bank sentral cenderung mengambil posisi 'merpati' untuk mendorong pemulihan ekonomi. Di Indonesia, BI sempat menjaga tingkat suku bunga (BI7DRR) di 3,5% hingga Juli 2022. Ini merupakan level terendah dalam sejarah sejak 2016.
Seiring dengan kebangkitan ekonomi, bank sentral di berbagai negara telah menaikkan suku bunga dan mengurangi program pelonggaran kuantitatif atau quantitative easing (QE). Kenaikan suku bunga ini merupakan respons untuk mengendalikan inflasi yang telah melonjak.