Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Pasifik menjadi 4,5% pada tahun 2024.
Analis memperkirakan rupiah melemah hari ini lantaran para investor tengah mewaspadai hasil pengumuman kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve.
Bank Indonesia (BI) mengeluarkan prediksi baru terkait potensi penurunan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) atau Fed Funds Rate (FFR) yang hanya akan terjadi satu kali pada pada Desember 2024.
Bank Indonesia (BI) mengungkapkan tiga skenario potensi penurunan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed atau atau Fed Funds Rate (FFR).
Sejumlah ekonom mengungkapkan untung rugi jika Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate di level 6%. Apalagi, kebijakan ini akan pengaruhi kondisi fiskal dan moneter Indonesia.
Sejumlah ekonom memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate pada level 6% meski nilai tukar rupiah tengah melemah.
Bank Indonesia berpeluang menaikkan suku bunga di tengah pelemahan rupiah dan suku bunga tinggi. Bahkan, Bank BCA sudah mengantisipasi potensi kenaikan suku bunga ini.
Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global di tengah tantangan inflasi tinggi dan masalah geopolitik.
Kebijakan suku bunga bank Sentral AS, The Fed turut berperan besar dalam pergerakan nilai tukar rupiah. Termasuk pada pelemahan nilai tukar rupiah yang kini menyentuh Rp 16.179 per dolar AS.
Cadangan devisa Indonesia diperkirakan akan terus turun akibat pelemahan nilai tukar rupiah. Pelemahan ini terjadi karena ketidakpastian ekonomi global yang membuat rupiah tertekan terhadap dolar AS.
Ekonomi Cina tumbuh 5,3% secara tahunan (yoy) pada kuartal I 2024. Realisasi ini jauh di atas perkiraan analis sebesar 4,6% berdasarkan jajak pendapat Reuters.