IHSG Jatuh Lagi ke Zona Merah setelah Naik Tipis di Awal Perdagangan

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/nz
Ilustrasi, petugas kebersihan melintas di depan layar yang menampilkan informasi pergerakan harga saham di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (31/3/2020). IHGS pada pedagangan Kamis (9/4) sempat naik tipis namun kembali melemah ke level 4.562,9.
9/4/2020, 10.37 WIB

Indeks harga saham gabungan atau IHSG pada awal perdagangan Kamis (9/4) bergerak fluktuatif. Indeks saham pada awal perdagangan sempat naik hingga 0,92% di level 4.669,71, namun langsung turun hingga 1,3% menyentuh level 4.562,9.

Beberapa saham yang hingga pukul 09.30 WIB bergerak menguat, di antaranya PT Kimia Farma Tbk (KAEF) yang naik 5,22% menjadi Rp 1.410 per saham. Begitu pula dengan PT Indofarma Tbk (INAF) yang terdongkrak 5,15% menjadi Rp 1.225 per saham.

Sedangkan saham yang bergerak turun yaitu PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) sebesar 5,29% menjadi Rp 197 per saham. Begitu pula saham PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) yang jatuh 4,42% menjadi Rp 1.080 per saham.

Tercatat ada 1,46 miliar unit saham yang ditransaksikan dengan nilai mencapai Rp 1,24 triliun. Selain itu, ada 121 saham yang menguat dan 158 saham terkoreksi, serta sisanya stagnan.

(Baca: IHSG Diramal Turun Terseret Kinerja Emiten, Berikut Saham Pilihannya)

Adapun, indeks di kawasan Asia cenderung menguat pada hari ini. Seperti Hang Seng Index dan Shanghai Composite Index bergerak menguat masing-masing 0,72% dan 0,46%.

Begitu pula dengan Strait Times Index yang bergerak menguat hingga 1,61%. Namun, Nikkei 225 Index tercatat turun 0,44% sejauh perdagangan hari ini.

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Handiman Soetoyo menilai investor perlu diversifikasi portofolio di berbagai segmen saat kondisi IHSG berfluktuasi. "Sangat penting untuk mencapai return investasi yang aman dari waktu ke waktu," katanya dalam riset pagi.

Dia mengatakan harga banyak saham yang anjlok baru-baru ini meningkatkan hasil dan berpotensi memperpendek periode pengembalian. Sehingga, dia menyarankan investor untuk membangun portofolio saham dividen dari industri yang terdiversifikasi.

Selain itu, Handiman juga menyarankan saham yang memiliki campuran saham dividen tinggi. Sebab, saham itu dapat meningkatkan pengembalian jangka pendek. Saham dengan dividen yang wajar juga bisa jadi pilihan karena memiliki potensi kuat untuk tumbuh di masa depan.

(Baca: Minat IPO Tak Surut Meski Pasar Saham Anjlok Dihantam Pandemi Corona)

Reporter: Ihya Ulum Aldin