Berharap Stimulus Fiskal Penangkal Corona, Wall Street Naik Lebih 4%

xPACIFICA/Getty Image
Suasana perdagangan saham di New York Stock Exchange, Wall Street, New York, Amerika Serikat. Tiga indeks utama bursa saham AS berbalik naik nyaris 5% didorong aksi perburuan saham murah oleh investor setelah kejatuhan pasar pada awal pekan ini.
Penulis: Happy Fajrian
11/3/2020, 08.18 WIB

Bursa saham Amerika Serikat (AS) di Wall Street, New York, menutup perdagangan Selasa (10/3) berbalik naik nyaris 5%, setelah pada perdagangan sebelumnya turun hingga lebih dari 7%. Indeks Dow Jones naik 4,89%, S&P 500 naik 4,94%, sedangkan Nasdaq naik 4,95%.

Rebound-nya Wall Street didorong aksi beli investor setelah harga saham-saham turun signifikan pada perdagangan sebelumnya. Selain itu pemerintah AS berencana mengeluarkan stimulus untuk meminimalisir potensi resesi akibat wabah virus corona untuk menenangkan investor.

Namun indeks S&P 500 dan Nasdaq mengakhiri sesi perdagangan Selasa 15% lebih rendah dibandingkan posisi tertingginya pada Rabu 19 Februari 2020. Penurunan hingga 20% bursa saham akan memasuki tren bearish.

"Setelah koreksi besar kemarin, Anda mendapatkan pemburu saham-saham murah jangka pendek ditambah dengan harapan stimulus fiskal potensial," kata Chief Executive Officer (CEO) Horizon Investment Services, Chuck Carlson, seperti dikutip Reuters, Rabu (11/3).

(Baca: Wall Street Dibuka Melesat 2% Terangkat Harapan Stimulus Global)

Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa dia akan mengambil langkah besar untuk menenangkan pasar. Dia akan meminta Kongres AS untuk memberikan paket stimulus fiskal seperti pemotongan pajak penghasilan dan beberapa hal lainnya.

Sementara itu pelaku pasar berharap Federal Reserve dapat menurunkan suku bunga untuk kedua kalinya bulan ini pada rapat kebijakan moneter pekan depan. “Tampaknya memang ada kemauan untuk melakukan sesuatu untuk membantu pasar,” kata Carlson.

Selain AS, sejumlah negara lainnya juga telah menyiapkan stimulus untuk meredam dampak ekonomi wabah virus corona Covid-19. Virus ini telah menciptakan ketidakpastian global dengan mengganggu rantai pasok serta menghantam sektor pariwisata.

Di sisi lain, harga minyak juga berbalik naik setelah sehari sebelumnya mencatatkan penurunan terbesar sejak perang teluk 1991. Harga minyak jenis Brent naik 10% setelah Rusia menyatakan terbuka untuk memulai diskusi kembali dengan OPEC terkait pembatasan produksi.

(Baca: Black Monday 9 Maret yang Dibayangi Sejarah Kejatuhan Bursa Dunia)

Alhasil, saham-saham energi pada indeks S&P 500 naik hingga 5%. Saham Chevron Corp. naik 5,3%, sedangkan saham Marathon Oil Corp meroket 21,2% setelah keduanya mengumumkan rencana efisiensi untuk menghadapi jatuhnya harga minyak.

Seluruh 11 sektor pada indeks ini ditutup lebih tinggi, dipimpin oleh saham-saham teknologi dan keuangan. Adapun sektor keuangan naik hingga 6%.

Total perdagangan di Wall Street pada Selasa mencapai 15,81 miliar saham yang menunjukkan adanya peningkatan signifikan dibandingkan rata-rata volume saham yang diperdagangkan selama 20 hari terakhir yang hanya mencapai 11,52 miliar saham.

(Baca: Wall Street Turun Lebih 7%, Terburuk Sejak Krisis Keuangan Global 2008)