Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG hingga akhir tahun ini diprediksi oleh beberapa pengamat masih bisa bergerak menguat, dipengaruhi oleh beberapa sentimen global. Pergerakan indeks akan dipengaruhi sentimen kesepakatan dagang tahap satu antara Amerika Serikat dengan Tiongkok dan pemakzulan Presiden AS Donald Trump.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan, pemakzulan Trump sebenarnya tidak begitu berpengaruh pada gerak IHSG sampai akhir tahun ini. Pasalnya, pemakzulan Trump masih harus diputuskan dalam sidang Senat yang saat ini didominasi oleh Partai Republik, yang selama ini mendukungnya. Selain itu, pasar juga cenderung sepi jelang tutup tahun.
"Karena mungkin orang sudah yakin juga, di Senat AS, (Trump) akan menang," kata Andry ketika ditemui di Plaza Mandiri, Jakarta, Kamis (19/12).
Trump juga diperkirakan akan kembali memenangkan Pemilihan Presiden pada November 2020. Namun, Andry belum dapat memproyeksi indeks akan ditutup di level berapa pada tahun ini.
Adapun jika Trump benar-benar lengser, maka Wakil Presiden Mike Pence akan menggantikan posisinya. Gerak IHSG kemungkinan akan dipengaruhi oleh pandangan pengganti Trump terutama menyangkut perang dagang.
Perang dagang menjadi kekhawatiran bagi investo. Menurut riset Fitch Ratings dan Oxford Economics, eskalasi perang dagang menjadi ancaman bagi pertumbuhan global seperti terlihat dalam databoks di bawah ini.
Sama seperti Andry, Nico menilai keputusan DPR AS akan pemakzulan Trump tersebut tidak akan terjadi lantaran harus disetujui oleh Senas AS. IHSG pun diproyeksi masih bisa bergerak menguat hingga berada di level 6.350.
"Karena masih ada senat yang akan menjaga gawang terakhir," kata Nico.
Pada kesempatan lainnya, Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee juga menyebut IHSG hingga akhir tahun ini berpeluang menguat. Adapun sentimen yang mempengaruhi investor, salah satunya keberhasilan negosiasi dagang fase satu antara AS dengan Tiongkok.
Meski menguat, menurut dia, IHSG menurut dia tak akan melaju tinggi di akhir tahun dan akan berakhir di level 6.220. "Karena yang terjadi adalah penundaan pengenaan tarif dan pemotongan tarif," katanya.
(Baca: Pemakzulan Trump Tahan IHSG dan Indeks Saham Utama Asia di Zona Merah)
Dalam kesepakatan dagang tahap I, AS batal menerapkan tarif impor kepada Tiongkok pada 15 Desember 2019 waktu setempat. Tarif impor rencananya dikenakan kepada barang Tiongkok senilai US$ 160 miliar, antara lain berupa smartphone dan mainan.
AS juga akan menurunkan tarif dari 15% menjadi 7,5% persen kepada beberapa barang Tiongkok senilai US$ 120 miliar. Namun, tarif impor sebesar 25% kepada barang Tiongkok senilai US$ 250 miliar tetap akan berlaku.
Sementara itu, Tiongkok telah setuju untuk meningkatkan pembelian produk pertanian Amerika Serikat senilai US$ 40 miliar, tetapi ini masih bawah target yang diingkan Presiden AS Donald Trump senilai US$50 miliar. "Padahal keinginan Tiongkok adalah adanya penghapusan tarif," kata Hans.
Adapun Analis Binaartha Sekuritas, M. Nafan Aji Gusta Utama memprediksi IHSG akhir tahun ini bisa ditutup di level yang lebih tinggi dari perkiraan Hans Kwee. Secara teknikal, Nafan meramalkan indeks akan ditutup di level 6.330.
Laju IHSG akan ditutup apresiasi pasar terhadap kesepakatan dagang antara AS-Tiongkok, juga dipengaruhi oleh sentimen dari dalam negeri. "Memang harus diakui, para pelaku pasar sangat mengapresiasi terkait dengan stabilitas politik dan ekonomi, juga fundamental domestik," katanya.
Faktor lainnya yang menurutnya membuat pelaku pasar nyaman adalah kondisi geopolitik terkait dengan proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa, di mana Boris Johnson kembali menduduki jabatan perdana menteri Inggris. Ini sesudah partainya meraih kemenangan telak sebanyak 76 kursi parlemen.
(Baca: Pemerintah Berharap Omnibus Law Dongkrak Ekonomi Tumbuh hingga 6%)
Dengan hasil tersebut, Nafan percaya Inggris akan keluar dari Uni Eropa dengan mencapai beberapa kesepakatan, karena yang ditakutkan oleh investor adalah tidak tercapainya kesepakatan dalam proses yang dikenal sebagai British Exit (Brexit).
Menurut Nafan, saat ini pelaku pasar sudah sangat tenang sehingga mulai kembali yakin untuk masuk ke aset-aset yang bersifat memiliki risiko seperti di pasar modal. "Jadi, ini yang membuat pergerakan IHSG cenderung mengalami penguatan di Desember sampai akhir tahun," katanya.
Analis Henan Putihrai Sekuritas, Liza Camelia Suryanata juga menilai IHSG sampai akhir tahun ini bisa ditutup menguat di level 6.300. "Katalisnya datang dari global soal perang dagang fase I ini. Sebenanrnya itu hanya bisnis deal namun cukup positif untuk sampai akhir tahun," katanya.
Meski begitu, menurut Liza, target indeks di akhir tahun ini sebenarnya tidak terlalu tinggi meski tidak ada halangan lagi untuk IHSG bergerak menguat. Pasalnya, meski kedua negara ekonomi terbesar tersebut sudah mencapai kesepakatan fase I, namun pertengkarannya masih akan berlanjut sampai tahun depan.