Perusahaan di bidang properti, PT Alam Sutera Realty Tbk berencana menerbitkan surat utang sekitar US$ 175 juta. Aksi korporasi itu dilakukan untuk membayar (refinancing) obligasi global (global bond) yang nilainya sama, dan akan jatuh tempo pada April 2021.
Presiden Direktur Alam Sutera Joseph Sanusi Tjong mengatakan, perusahaanya belum memutuskan akan menerbitkan surat utang dalam mata uang rupiah atau dolar Amerika Serikat (AS).
"Risiko refinancing bergantung pada kondisi pasar global. Kalau ada, perasaan tingkat risiko meningkat atau negatif, pasar bisa tidak antusias. Di saat itu sulit untuk refinancing," katanya di Gedung BEI, Jakarta, Selasa (20/8).
(Baca: Alam Sutera Catat Marketing Sales Rp 3,5 Triliun)
Jika pasar tidak siap untuk menyerap surat utang, khususnya berdenominasi dolar AS, maka tenornya hanya dua tahun. Umumnya, obligasi dengan mata uang dolar AS bertenor lima tahun.
Joseph juga belum menentukan waktu penerbitan surat utang tersebut. Perusahaan akan memantau kondisi pasar terlebih dulu. Setelah melakukan kajian—lalu waktunya dirasa tepat—maka, Alam Sutera bakal merilis obligasi dua hingga tiga bulan setelah keputusan.
(Baca: IHSG Terkoreksi, Saham Bliss Properti Turun Paling Besar)
Dia berharap, imbal hasil (yield) surat utang turun setelah Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed) menurunkan tingkat suku bunga acuannya. Seperti diketahui, bunga acuan AS (Fed Fund Rate) dipangkas 25 basis poin (bps) menjadi kisaran 2%-2,25% pada Juli lalu.
"Kami juga berharap kondisi stabil, meski ada perang dagang antara AS dan Tiongkok. Walaupun itu tidak bisa diprediksi. Dengan begitu, (harapannya) langkah refinancing bukan masalah besar," kata Joseph.
Ia menambahkan, Alam Sutera bisa memilih opsi percepatan pembelian kembali surat utang yang jatuh tempo pada 2021 itu, menjadi April tahun depan. Hal itu dilakukan kalau kondisi pasar sedang bagus. Metode refinancing ini dengan cara melonggarkan waktu jatuh tempo obligasi, menjadi lima tahun lagi.
(Baca: Penerbitan Obligasi Masih Sepi, Perusahaan Tunggu Kebijakan Suku Bunga)