Dapat Angin Segar dari Tiongkok dan Jerman, Bursa Saham AS Naik Tinggi

ANTARA FOTO/REUTERS/Andrew Kelly
Pedagang saham bekerja di lantai bursa di New York Stock Exchange (NYSE) di Manhattan, New York City, Amerika Serikat.
Penulis: Happy Fajrian
20/8/2019, 07.50 WIB

Bursa saham Amerika Serikat (AS) di Wall Street mengakhiri perdagangan saham Senin (19/8) dengan kenaikan untuk hari ketiga secara berturut-turut sejak Kamis (15/8) pekan lalu. Indeks Dow Jones naik 0,96%, S&P 500 naik 1,21%, dan Nasdaq naik 1,35%.

Tiga indeks utama AS tersebut nyaris kembali ke level sebelum kejatuhannya pada Rabu (14/8) pekan lalu yang dipicu oleh tanda-tanda resesi ekonomi dari inversi imbal hasil surat utang pemerintah AS jangka panjang.

Kenaikan Wall Street pada perdagangan awal pekan ini didorong stimulus dari Tiongkok dan Jerman yang sedikit meredakan kekhawatiran investor akan ancaman resesi perekonomian global.

Bank Sentral Tiongkok (People’s Bank of China/PBOC) menurunkan suku bunga acuannya agar pelaku usaha dapat mengajukan kredit dengan bunga yang lebih murah. Sementara pemerintah Jerman meninggalkan kebijakan anggaran berimbangnya untuk mendorong perekonomian.

(Baca: Tepis Resesi, Trump Tegaskan Perang Dagang Tak Ganggu Ekonomi AS)

Pada Minggu (18/8), Menteri Keuangan Jerman, Olaf Scholz mengatakan bahwa pemerintah Jerman dapat mengalokasikan tambahan anggaran belanja sekitar 50 miliar euro (sekitar US$ 55 miliar). “Ini berita yang sangat positif dan meredakan suasana sepanjang hari ini (Senin),” kata analis dari JonesTrading, dilansir dari Reuters.

Sementara itu dari AS sendiri, tak lama setelah perdagangan ditutup, Gedung Putih dikabarkan tengah mempertimbangkan untuk memberikan potongan pajak penghasilan untuk mendorong perekonomiannya.

Keputusan pemerintah AS untuk menambah masa tenggang kepada Huawei Technologies untuk melakukan bisnis dengan perusahaan teknologi AS selama 90 hari kedepan juga turut menopang pergerakan saham teknologi.

Saham Apple Inc., misalnya, naik 1,9% dan memberikan dorongan terbesar terhadap kenaikan indeks Nasdaq. Sebelumnya Presiden AS Donald Trump bertemu dengan CEO Apple, Tim Cook.

(Baca: Trump Tak Ingin AS Berbisnis dengan Huawei)

Dari pertemuan tersebut, Cook mengeluhkan perang dagang yang membuat Apple tidak dapat bersaing dengan rivalnya Samsung di pasar smartphone dunia. Trump mengatakan bahwa masukan dari CEO Apple tersebut akan dia pikirkan dengan serius.

Investor pun menantikan dengan seksama tanda-tanda relaksasi kebijakan moneter dari bank sentral AS, The US Federal Reserve (The Fed). Pada Juli The Fed telah melunak dan melakukan pemangkasan suku bunganya untuk pertama kali dalam lebih dari 10 tahun terakhir.

Hasil notulensi (minutes) dari rapat FOMC (Federal Open Market Committee) pada Juli lalu, serta pidato ketua The Fed Jerome Powell sedikit memberikan petunjuk terkait langkah kebijakan The Fed kedepannya. Apakah akan kembali memangkas suku bunga atau tidak.

Sebagai catatan, transaksi saham di Wall Street pada Senin mencapai 6,28 miliar saham. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan rerata volume saham yang ditransaksikan selama sebulan sebelumnya yang mencapai 7,58 miliar saham.

(Baca: Ancaman Resesi Seret Wall Street Turun, Bursa Asia Ikut Rontok)