Perusahaan-perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang konstruksi dan tercatat sebagai emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mengeluarkan laporan keuangan semester I-2019. Meski semuanya tercatat membukukan kinerja positif, namun beberapa di antaranya mengalami penurunan laba bersihnya. Berikut daftarnya:
1. PT PP (Persero) Tbk (PTPP)
PT PP (Persero) Tbk (PTPP) mencatatkan penurunan laba yang dapat diatribusikan kepada entitas induk pada semester I 2019 senilai Rp 363,3 miliar. Angka ini turun 24% dari Rp 479,7 miliar pada periode yang sama tahun lalu (year on year).
Padahal, dalam laporan keuangan yang dirilis pada Rabu (31/7), tercatat pendapatan usaha PTPP naik 12,7% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp 10,7 triliun. Seiring dengan kenaikan pendapatan usaha, beban pokok pendapatan juga naik 15% menjadi Rp 9,2 triliun dari Rp 8 triliun. Hal itu membuat laba kotor PTPP stagnan di angka Rp 1,46 triliun, sama seperti periode yang sama tahun lalu.
Pada periode enam bulan pertama tahun ini, PTPP dibebani oleh penurunan nilai persediaan senilai Rp 16,5 miliar padahal tahun lalu mereka tidak terbebani oleh pos tersebut. Selain itu, tercatat adanya penurunan laba dari ventura bersama sebesar 52% menjadi Rp 34 miliar dari Rp 71 miliar secara yoy. Laba entitas asosiasi juga turun hingga 81% menjadi Rp 248 juta.
(Baca: Semester I 2019, Laba Bersih WIKA Tumbuh 60,48 Persen )
2. PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA)
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) pada semester lalu membukukan laba yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk senilai Rp 890,8 miliar. Catatan tersebut tumbuh hingga 72,2% dari Rp 517,2 miliar yang tercatat pada semester I-2018.
Padahal, dalam laporan keuangannya, pendapatan bersih WIKA turun 12,4% secara tahunan dari Rp 12,9 triliun menjadi Rp 11,3 triliun. Catatan kenaikan laba WIKA pada enam bulan pertama tahun ini karena perusahaan mencatatkan pendapatan lain-lain bersih yang naik hingga 380% menjadi Rp 724 miliar.
3. PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI)
PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) mencatatkan laba senilai Rp 215,0 miliar pada semester I-2019. Catatan laba ini tercatat tumbuh tipis 1% dari periode yang sama tahun lalu senilai Rp 212,7 miliar.
Dalam laporan keuangannya, laba perusahaan tumbuh tipis karena pendapatan usaha Adhi Karya turun 10,7% menjadi Rp 5,42 triliun dari Rp 6,08 triliun secara yoy. Namun, ADHI mengantongi kenaikan pada pendapatan dari ventura bersama sebesar 218,5% menjadi Rp 126,9 miliar.
Perusahaan pun tercatat mengantongi pendapatan lainnya bersih senilai Rp 32,7 miliar pada semester I-2019, padahal di periode yang sama tahun lalu pos tersebut minus Rp 13,38 miliar. Laporan keuangannya menyebutkan, dalam pos pendapatan (beban) lain-lain terdapat pembebanan biaya dibayar di muka atas proyek yang telah selesai, namun biayanya masih tercatat dalam akun tersebut. Perusahaan mencatat biaya tersebut sebagai kerugian proyek dan diklasifikasikan ke dalam pendapatan (beban) lain-lain.
(Baca: Seluruh Saham BUMN Karya Naik Usai Jokowi Ungkap Fokus Infrastruktur)
4. PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT)
PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) pada semester lalu mencatatkan laba yang dapat diatribusikan kepada entitas induk senilai Rp 997,8 miliar. Sayangnya, labanya tersebut turun hingga 66,6% dari periode yang sama tahun lalu yang senilai Rp 2,99 triliun.
Dalam laporan keuangannya, penurunan laba ini sejalan dengan melemahnya pendapatan usaha perusahaan sebesar 35,3% menjadi Rp 14,7 triliun. Tidak hanya itu, tercatat pendapatan lain-lain WSKT juga turun hingga 87,2% menjadi Rp 227,4 miliar dari Rp 1,77 triliun secara yoy.