Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada pembukaan perdagangan hari ini, Selasa (16/7), melemah 3,51 poin atau 0,05% ke posisi 6.414,73. Indeks LQ45 turun 1,28 poin atau 0,12% ke 1.026,86
Kepala riset Valbury Sekuritas Alfiansyah mengatakan, IHSG saat ini berpotensi melanjutkan penguatan seperti sehari sebelumnya. Pergerakan indeks dipengaruhi oleh data ekonomi Indonesia, terutama neraca dagang pada Juni 2019.
Pada bulan lalu, neraca dagang domestik mengalami surplus US$ 200 juta. “Membaiknya neraca dagang diperkirakan dapat menurunkan defisit transaksi berjalan yang selama ini memicu kekhawatiran pelaku pasar,” kata Alfiansyah dalam laporannya.
(Baca: Terbesar Era Jokowi, Neraca Dagang Semester I Defisit US$ 1,9 Miliar)
Namun, pasar juga khawatir dengan kebijakan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang akan menurunkan pajak penghasilan (PPh) badan dari 25% menjadi 20%. Kebijakan ini diperkirakan akan mengurangi pendapatan pajak, yang akhirnya mengganggu postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Selain itu, ada pula sentimen perang dagang AS-Tiongkok dan eskalasi ketegangan hubungan AS-Iran yang turut memengaruhi pergerakan pasar. “Masih ada peluang bagi IHSG untuk melanjutkan kenaikan,” katanya.
Presiden AS Donald Trump mengatakan, pemerintahnya terbuka untuk berunding dengan Iran dan mencapai kesepakatan baru. Trump menyebut, JCPOA (kesepakatan nuklir AS-Iran pada 2015) merupakan kesepakatan terburuk dan memalukan.
Sementara, Iran masih berpegang pada kesepakatan yang dibuat saat pemerintahan Presiden Barack Obama tersebut. Meski membuka pintu dialog, Trump menyatakan sanksi AS terhadap Iran akan meningkat secara substansial.
Pantauan bursa saham regional Asia pada pagi ini terlihat bervariasi. Indeks Nikkei melemah 159,82 poin (0,74%) ke 21.526,08, indeks Hang Seng melemah 53,21 poin atau 0,19% ke 28.501,67, dan indeks Straits Times menguat 6,39 poin (0,19%) ke posisi 3.354,34.
(Baca: Saham BCA, Telkom, Hingga Kalbe Farma Topang Kenaikan IHSG Hari Ini)