Indeks harga saham gabungan (IHSG) awal pekan ini, Senin (24/6), berakhir di teritori merah dengan koreksi sebesar 30,66 poin atau 0,49% ke posisi 6.284,78 pada penutupan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Terkoreksinya IHSG terjadi di tengah sentimen positif dari neraca perdagangan Indonesia Mei 2019 yang mencatatkan surplus sebesar US$ 210 juta. Namun surplus tersebut lebih dikarenakan oleh turunnya impor, baik impor migas maupun non migas, masing-masing sebesar 6,48% dan 5,48% dibandingkan April 2019.
Jika lebih dirinci lagi, penurunan impor terjadi pada impor bahan baku dan barang modal, masing-masing sebesar 7,82% dan 1,76% dibanding April 2019. Turunnya dua jenis barang ini menunjukkan kondisi ekonomi yang kurang baik karena aktivitas produksi yang turun.
"Pelemahan IHSG dipicu sentimen domestik yaitu terkait neraca dagang, surplus tapi karena impor turun lebih banyak," kata analis Indopremier Sekuritas, Mino, di Jakarta, Senin (24/6) dilansir dari Antara.
(Baca: Hasil Sidang MK hingga Dana Asing Membayangi Arah IHSG Pekan Ini)
IHSG mengawali perdagangan hari ini dari zona merah, dan lebih banyak bergerak di teritori negatif ini hingga perdagangan berakhir. IHSG hanya beberapa kali naik ke teritori positif namun hanya sebentar saja sebelum kembali turun.
Total perdagangan saham hari ini tercatat mencapai Rp 12,18 triliun dari 20,36 miliar saham yang ditransaksikan oleh investor. Sebanyak 184 saham berakhir di teritori positif, 212 saham berakhir di teritori negatif, dan 138 saham berakhir flat.
Beberapa saham yang paling signifikan menekan laju IHSG hari ini di antaranya saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) yang turun 1,15%, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TLKM) turun 1,49%, PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) turun 1,54%, PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) turun 1,38%, dan PT Astra International Tbk. (ASII) 1,34%.
Sementara itu dana asing mengalir keluar dari pasar saham sebesar Rp 111,9 miliar. Beberapa saham yang menjadi sasaran jual investor asing hari ini di antaranya saham ASII Rp 54,7 miliar, saham UNVR Rp 21,8 miliar, PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR) Rp 20,2 miliar, serta BBRI Rp 19,2 miliar.
(Baca: Bali United Klub Bola Pertama yang Melantai di Bursa Efek Indonesia)
Kendati demikian, saham dua bank kelas kakap, yakni PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) dibeli investor asing dalam jumlah yang lumayan yakni masing-masing sebesar Rp 63,9 miliar dan Rp 31,2 miliar.
Bursa Asia Positif di Tengah Ancaman Perang Dagang dan Konflik Iran-AS
Berkebalikan dengan IHSG, mayoritas bursa utama Asia mengakhiri perdagangan hari ini dengan positif. Indeks Shanghai naik 0,21%, Hang Seng 0,14%, Nikkei 0,13%, Kospi 0,03%, dan PSEi 0,06%. Hanya Strait Times dan KLCI yang berakhir negatif masing-masing turun 0,34% dan 0,36%.
Padahal, ancaman eskalasi perang dagang Amerika Serikat (AS)-Tiongkok masih ada walaupun kedua pemimpin negara yang berseteru sepakat untuk bertemu pada KTT G-20 di Jepang akhir bulan ini.
Kendati demikian pelaku pasar meragukan kedua belah pihak yang berseteru tersebut akan mencapai kesepakatan yang berarti, dan mengakhiri perang tarif yang telah melukai perekonomian global.
(Baca: AS Tambah Lima Perusahaan Superkomputer Tiongkok dalam Daftar Hitam)
Apalagi, ketegangan antara AS dan Tiongkok tidak hanya sebatas perang tarif saja karena AS memasukkan sejumlah perusahaan asal Tiongkok, salah satunya yaitu Huawei, ke dalam daftar entitas yang dilarang berbisnis dengan perusahaan asal AS tanpa persetujuan pemerintah AS.
Sementara itu Tiongkok juga memiliki daftar perusahaan asing yang tidak dapat dipercaya dan melukai kepentingan ekonomi negaranya. Salah satu perusahaan asal AS yang masuk ke dalam daftar tersebut yaitu FedEx Corp. setelah perusahaan ekspedisi tersebut gagal mengantarkan barang kiriman perusahaan asal Tiongkok ke AS.
Di sisi lain, konflik antara AS dan Iran terus berkembang setelah insiden penembakan pesawat pengintai tanpa awak atau drone milik militer AS. Sekretaris Negara AS Mike Pompeo mengatakan bahwa AS akan menjatuhkan sanksi yang signifikan terhadap Iran.
Tensi yang kian memanas di timur tengah ini membuat harga minyak mentah dunia merangkak naik. Minyak mentah jenis Brent hari ini naik 0,14% menjadi US$ 65,29 per barel. Sedangkan minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) naik 0,87% menjadi US$ 57,93 per barel.
(Baca: Ketegangan AS - Iran Dorong Kenaikan Harga Minyak Dunia)