Krakatau Steel Jual Anak Usaha untuk Selesaikan Utang Rp 31 Triliun

Agung Samosir|KATADATA
Pabrik Krakatau Steel
26/4/2019, 19.26 WIB

Nantinya, setelah melakukan divestasi saham pada anak usaha dan penerbitan obligasi konversi, Krakatau Steel bakal melakukan penerbitan saham baru (rights issue). Hasil dari aksi korporasi tersebut bakal digunakan untuk melakukan buy back atas saham anak perusahaan yang sudah dilepas.

Namun, Silmy belum bisa memastikan waktu rights issue. "Kami konsentrasi dulu ke restrukturisasi utang, perbaikan kinerja secara internal. Percaya saja ini bisa selesai," kata dia.

Targetnya, dari hasil divestasi anak perusahaan dan penerbitan obligasi konversi, Krakatau Steel bakal mampu merestrukturisasi utang sekitar US$ 2,2 miliar. Dengan demikian, tersisa utang sekitar US$ 600-700 juta dolar.

Silmy mengatakan, pihaknya harus melakukan skema ini karena perusahaan mengalami arus kas (cashflow) yang negatif setiap tahun. Ia menekankan, cashflow negatif harus dihentikan. "Kalau tidak, ini akan terus kemudian kaya bola salju," kata dia.

Keuangan Krakatau Steel

Berdasarkan laporan keuangan pada 2018, Krakatau Steel tercatat memiliki liabilitas sebesar US$ 2,49 miliar atau sekitar Rp 35,1 triliun, naik 10,17% dari tahun sebelumnya yang sebesar US$ 2,26 miliar. Penyebab utamanya, kenaikan liabilitas jangka pendek.

Liabilitas jangka pendek Krakatau Steel tercatat sebesar US$ 1,59 miliar, naik 16,91% dari tahun sebelumnya US$ 1,36 miliar. Sedangkan liabilitas jangka panjang US$ 899,4 juta, lebih rendah 0,02% dibandingkan tahun sebelumnya US$ 899,6 juta.

(Baca: Penjualan Naik, Krakatau Steel Tekan Kerugian jadi Rp 1 Triliun)

Krakatau Steel rugi bersih sebesar US$ 74,82 juta atau sekitar Rp 1,05 triliun pada 2018. Jumlah kerugian tersebut turun 8,47% dari tahun sebelumnya US$ 81,74 juta. Perbaikan ditopang oleh meningkatnya volume penjualan dan harga jual baja.

Halaman: