Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepekan lalu akhirnya ke jalur positif dengan kenaikan 0,99% ke level 6.525,2 dari 6.461,1 pada penutupan pekan sebelumnya. Salah satu sentimen positif pada pekan lalu yaitu kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve yang menahan suku bunga acuannya.
Pekan ini, IHSG diperkirakan bergerak bervariasi dengan kecenderungan meningkat didorong sentimen dari rilis laporan kinerja keuangan emiten dan sejumlah sentimen global penting seperti dinamika perundingan dagang AS - Tiongkok, keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit), dan pengumuman produk domestik bruto (PDB) AS dan Inggris. Namun analis juga menilai IHSG pekan ini ada potensi terkoreksi karena aksi ambil untung investor.
Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji memperkirakan pergerakan IHSG akan terkonsolidasi dengan kecenderungan menguat. Pelaku pasar menantikan beberapa sentimen global penting seperti dinamika perang dagang AS - Tiongkok, Brexit, dan pengumuman pertumbuhan PDB AS dan Inggris.
"Secara domestik, para pelaku pasar akan menantikan hasil perilisan kinerja laporan keuangan emiten yang diperkirakan positif," kata Nafan Aji kepada Katadata.co.id, Minggu (24/3). Prediksinya, IHSG minggu ini bakal bergerak di level 6.455 hingga 6.585.
(Baca: Menteng Heritage Realty Incar Rp 120 Miliar dari Bursa)
Sementara, analis Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi, memperkirakan secara teknikal pergerakan IHSG awal pekan terlihat mulai menjenuh dan berada di zona kelebihan beli (overbought). Dengan adanya hal tersebut, dia mengindikasi bakal adanya aksi ambil untung (profit taking) seiring harga IHSG saat ini yang berada pada zona overbought tersebut.
"Kami perkirakan IHSG akan bergerak terbatas dengan diawarnai aksi profit taking," kata Lanjar. Dia pun memperkirakan, IHSG awal pekan ini bakal bergerak di area level 6.460 hingga 6.550.
Sentimen Global Dorong Penguatan IHSG Pekan Lalu
Sentimen global masih akan menjadi faktor yang cukup dominan mempengaruhi pergerakan IHSG pekan ini. Laju positif IHSG sepanjang pekan kemarin terutama dipengaruhi oleh sentimen eksternal dari pernyataan dovish dari The Fed yang memutuskan untuk tidak menaikkan Fed Fund Rate (FFR). Apalagi, sejak awal pekan, pelaku pasar sudah memprediksi keputusan tersebut.
"Tingkat suku bunga yang dipertahankan di level 2,5% tentunya memberikan katalis positif bagi menguatnya IHSG," kata Nafan Aji.
Kebijakan The Fed tersebut juga berdampak pada kebijakan moneter dalam negeri, di mana Bank Indonesia (BI) juga mempertahankan suku bunga acuan BI 7 Days Repo Rate di level 6%. Hal ini menjadi sentimen positif IHSG minggu lalu. Dua kebijakan moneter itu berefek pada indeks sektor keuangan yang sepanjang pekan lalu melesat naik hingga 2,27%.
(Baca: Murphy Oil Jual Sahamnya di Malaysia ke Perusahaan Minyak Thailand)
Sedangkan Lanjar Nafi menilai laju IHSG di akhir pekan lalu terdampak sentimen positif dari perkiraan inflasi 0,1% secara bulanan (mtm) dan 2,47% secara tahunan (yoy) yang disampaikan oleh Gubernur BI Perry Warjiyo. "Melahirkan spekulasi trader, mengenai pemangkasan suku bunga acuan BI pasca-pemilu tahun ini untuk mencapai target inflasi tahun 2019 sebesar 3,5%," katanya dalam risetnya.
Pada perdagangan saham sepekan lalu, selain IHSG yang bergerak positif, nilai kapitalisasi pasar juga mencatatkan peningkatan 0,99% menjadi sebesar Rp 7.420,5 triliun dari Rp 7.347,3 triliun pada penutupan pekan sebelumnya. Namun, investor asing selama sepekan lalu mencatatkan jual bersih sebesar Rp 1,33 triliun walaupun sepanjang 2019 ini investor asing masih mencatatkan beli bersih Rp 11,23 triliun.
Sementara itu, data perdagangan harian Bursa Efek Indonesia (BEI) pada pekan lalu mengalami penurunan rata-rata nilai transaksi harian 3,67% menjadi Rp 8,38 triliun dari Rp 8,70 triliun pada penutupan pekan sebelumnya. Namun, rata-rata volume transaksi harian mengalami kenaikan 11,38% menjadi 16,63 miliar unit saham dari 14,93 miliar unit saham pada pekan sebelumnya.
Saham-Saham yang Patut Diperhatikan
Sepanjang minggu lalu, saham yang menguat paling besar secara persentase yaitu PT Visi Media Asia Tbk. (VIVA) yang menguat 17,14% mejadi Rp 164 per lembar. Salah satu penyebabnya karena rencana mencari pendanaan melalui penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) alias private placement. Pengusaha Erick Thohir disebut-sebut bakal masuk masuk ke VIVA.
(Baca: Lampaui Induknya, Indofood CBP Cetak Kenaikan Laba Bersih 20,5%)
Sementara, saham yang menjadi Top Loser yaitu PT Siwani Makmur Tbk. (SIMA) di mana saham mereka terkoreksi hingga 57,79% sepanjang pekan lalu, membuat harga sahamnya ditutup di harga Rp 168 per lembar. Penurunan paling drastis, sebesar 25%, terjadi pada Jumat (22/3), hal itu membuatnya menyentuh batas penghentian perdagangan otomatis (auto rejection).
Nafan Aji memberikan beberapa rekomendasi saham yang bisa dibeli pada awal pekan ini. Saham PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), di mana area beli pada level Rp 945-Rp 965, dengan target harga secara bertahap di level Rp 990, Rp 1.035, Rp 1.075 dan Rp 1.235. Lalu, saham PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk. (GMFI), di area beli pada level Rp 274-Rp 282, dengan target harga secara bertahap di level Rp 296, Rp 330 dan Rp 364.