Sesi I IHSG Terkoreksi 0,14% Dibayangi Perlambatan Ekonomi Global

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Suasana Bursa Efek Indonesia
Penulis: Happy Fajrian
11/3/2019, 14.10 WIB

Indeks harga saham gabungan (IHSG) terkoreksi 0,14% ke level 6.373,85 pada akhir sesi I perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) Senin (11/3). Sejalan dengan IHSG, sejumlah bursa saham Asia juga bergerak di zona merah hingga siang hari ini.

Bursa saham Asia yang memerah di antaranya indeks Strait Times dengan koreksi sebesar 0,11%, Kospi turun tipis 0,03%, KLCI turun 0,48%, dan PSEi turun 0,82%. Sedangkan indeks Shanghai naik paling kencang 1,05%, diikuti Hangseng 0,63%, dan Nikkei sebesar 0,47%.

Koreksi pada IHSG dipicu oleh kinerja tujuh indeks sektoral yang memerah. Sektor pertanian turun paling dalam sebesar 0,77%, diikuti industri dasar dan properti yang terkoreksi 0,68%, perdagangan turun 0,43%, sedangkan tambang dan manufaktur masing-masing terkoreksi tipis 0,06% dan 0,02%.

Transaksi pada sesi I relatif sepi dengan total nilai transaksi saham hanya mencapai Rp 3,03 triliun dari 7,81 miliar saham yang diperdagangkan. Sebanyak 230 saham bergerak di zona merah, 154 saham naik ke zona hijau, dan 111 saham nilainya tidak bergerak.

(Baca: Ekonomi Global Melambat, IHSG Awal Pekan Dibuka Naik 0,56%)

Beberapa saham yang memberatkan pergerakan IHSG di antaranya saham PT Matahari Department Store Tbk. (LPPF) yang melanjutkan tren penurunannya hari ini sebesar 4,9%, kemudian PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk. (INKP) dengan koreksi 2,82%, serta PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) yang terkoreksi 1,65%.

Investor asing juga turut memberikan tekanan kepada IHSG. Total dana asing yang keluar dari aksi jual bersih saham investor asing pada sesi I mencapai Rp 127,52 miliar di pasar reguler dan Rp 29,7 miliar di pasar negosiasi/tunai. Sehingga total dana asing yang keluar berjumlah Rp 157,22 miliar.

Saham-saham yang paling banyak dilepas investor asing yaitu saham PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) Rp 58,7 miliar, PT Astra International Tbk. (ASII) Rp 28,5 miliar, PT Matahari Department Store Tbk. (LPPF) Rp 25 miliar, PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) Rp 23,1 miliar, serta PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) Rp 20,5 miliar.

Kekhawatiran perlambatan ekonomi global menjadi sentimen yang menggerakkan IHSG dan sejumlah bursa saham Asia lainnya ke zona merah. Dari Amerika Serikat (AS) pelemahan ekonomi terlihat dari jumlah lapangan pekerjaan yang tercipta sepanjang Februari 2019 hanya sebanyak 20.000 pekerjaan, yang merupakan level terendah sejak September 2017.

(Baca: Modal Asing Masuk Rp 59,9 Triliun, Sebagian Berasal dari SBN)

Data terbaru tersebut membuat bursa saham AS pada Jumat (8/3) ditutup lebih rendah dengan indeks Dow Jones turun 0,21%, S&P 500 turun 0,18%, serta Nasda turun 0,14%.

Sedangkan dari kawasan Asia, data ekspor/impor Tiongkok sepanjang Februari 2019 mengalami penurunan yang cukup dalam. Ekspor tercatat turun hingga 20,7% secara tahunan, sedangkan impor tercatat turun sebesar 5,2%.

Sebelumnya pemerintah Tiongkok telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonominya menjadi di kisaran 6% hingga 6,5% dibandingkan sebelumnya yang dipatok pada level 6,5%.

Selain Tiongkok, Jepang juga merilis data ekonomi yang cukup mengecewakan dimana data pesanan permesinan mengalami penurunan yang menjadi tanda bahwa perusahaan tidak melakukan ekspansi akibat lesunya permintaan pasar global akibat perang dagang Amerika Serikat (AS) - Tiongkok.

Sedangkan dari Eropa, pada Kamis (7/3), European Central Bank (ECB) memutuskan untuk memangkas habis target pertumbuhan ekonomi Zona Euro untuk tahun ini menjadi 1,1%, dari yang sebelumnya 1,7%. Target pertumbuhan untuk tahun depan juga dipangkas menjadi 1,6%, dari yang sebelumnya 1,7%.

(Baca: IHSG Pekan Ini Diprediksi Menguat Meski Investor Masih 'Wait and See')