Investor Khawatirkan Risiko Perekonomian Global Terhadap Pasar Modal

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Damhuri Nasution (kanan) selaku Kepala Danareksa Research Institut dalam acara mengenai paparan survei Katadata Investror Confidence Index (KICI) bersama Katadata di Jakarta, Selasa (30/1).
Penulis: Ihya Ulum Aldin
30/1/2019, 22.34 WIB

"Trump tidak mudah meloloskan kebijakan seperti sebelumnya karena DPR AS sekarang yang pegang Partai Republik, usai pemilu kemarin," kata Damhuri.

(Baca: Jelang Pilpres, Investor Khawatirkan Ekonomi Global Daripada Politik)

Faktor global lain, yang tahun kemarin menjadi isu hangat yaitu perang dagang AS dengan Tiongkok. Menurut Damhuri, meski belum tahu hasilnya akan seperti apa, tapi adanya negosiasi yang sedang berjalan mampu memberikan harapan kepada investor terhadap ekonomi dalam negeri beberapa bulan ke depan.

Meski begitu, faktor perang dagang tetap dianggap bisa menjadi risiko yang mampu membuat ekonomi dalam negeri bergejolak, tergantung keputusan kedua belah pihak pada akhir Februari mendatang. Jika tidak tercapai kesepakatan, pihak AS telah mengancam Tiongkok dengan tarif baru sebesar 25% terhadap komoditas asal Tiongkok yang masuk ke AS yang nilainya mencapai US$ 200 miliar.

Di samping itu, faktor lain yang masih membayangi ekonomi dalam negeri adalah keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau lebih dikenal dengan istilah Brexit (British Exit). Damhuri menilai jika Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan sama sekali (no deal Brexit), dapat melemahkan nilai tukar mata uang poundsterling terhadap dolar AS.

Melemahnya pound akan membuat banyak investor beralih pada mata uang save haven antara lain dolar, euro, yuan, dan yen. Kondisi ini berpotensi memberikan tekanan terhadap nilai tukar rupiah. "Meski ini hanya sesaat saja sepertinya," katanya.

(Baca: Chatib Basri Nilai Pengetatan Moneter Negara Maju Tekan Investasi 2018)

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin